Koreksi Besar Global : Ekonomi China
(Hampir)
Semua orang....awam maupun ahli ekonomi mengatakan bahwa Cina adalah
masa depan dan tempat investasi untuk masa depan. Kami di EOWI hanya
bisa bilang: “Entahlah....,” saya tidak terlalu yakin, paling tidak
untuk bursa sahamnya. Indeks Shanghai 10 tahun lalu nyaris sama dengan
saat ini. Kalau anda membeli mutual fund saham Cina 10 tahun lalu, maka
saat ini harganya tidak banyak berbeda. Memasukkan uang di bank dan
memperoleh bunga deposito akan jauh menguntungkan dari pada buy and hold di sektor saham.
Saham Cina, kembali ke level nilai 10 tahun lalu.......
Setelah
nilai saham kembali ke level 10 tahun lalu, sekarang muncul problem
baru pula. Ekonomi terancam, kata berita. Manufakturing Cina mengalami
kontraksi di bulan Oktober 2011, menurut HSBC yang dilangsir oleh
Marketwatch.com.
HONG
KONG (MarketWatch) — HSBC’s preliminary China manufacturing survey fell
to a 32-month low in November, well below analysts’ forecasts, with the
reading signaling that the sector is now contracting.
The
Purchasing Managers Index printed at 48 on a 100-point scale, reversing
from a mildly expansionary reading of 51 in October, HSBC reported
Wednesday.
Consensus
forecasts had called for a 50.1 result, just above the 50 level, which
separates expansion from contraction, according to CNBC.
Cina
yang ekonominya berbasis manufakturing barang eksport, sudah selayaknya
perlambatan ekonomi dunia akan berdampak padanya. Walaupun logisnya
demikian, masih banyak yang optimis dengan perekonomian Cina, tentunya
mereka punya argumen sendiri, yang bagi saya hanyalah optimisme saja.
Lanjut berita di Marketwatch:
HSBC
economist Hongbin Qu said the data implied that industrial production
would moderate to annualized growth rates of 11% to 12% in the coming
months as domestic and external demand cools.
He also said, however, that there was little in the data to suggest a major contraction was underway in China.
“As
inflation is likely to decelerate at a faster-than-expected pace, it
will leave more room for Beijing to step up selective easing measures,
which should gradually filter through to keep China on track for a soft
landing,” Qu said in comments accompanying the flash PMI release.
Manusia
boleh berbeda pendapat, apalagi dalam meramal masa depan. Selama
kejadiannya belum tiba, punya opini adalah syah-syah saja. Hongbin Qu
masih beranggapan soft-landing.
Tetapi Larry Lang, seorang professor di bidang finansial di Universitas
Hong Kong punya pendapat lain. Pendapat Larry Lang ini sangat ekstrim.
Tsssst, jangan diceritakan, nanti ketahuan pemerintah Cina professor
Lang bisa ditangkap dan dipenjara. Katanya Cina bangkrut. Ini videonya.
Video sejenis bisa dilihat di Youtube. Ini dari NDTV. Karena cerita ini
bersifat rahasia, maka videonya tidak memunculkan orangnya. Hanya
suaranya dan transkrip terjemahan bahasa Inggrisnya saja.
Larry Lang memberikan ceramah tertutup kota Shenyang. Dia tidak menyadari bahwa ceramahnya direkam, sehingga mungkin ia agak ceplas-ceplos.
Ia mengatakan bahwa pada dasarnya semua provinsi di Cina adalah Yunani,
dengan kata lain: terbelit hutang yang mencekik. Lang juga seorang
bintang tv mengatakan juga bahwa sebenarnya media massa tidak bisa
memberi laporan secara bebas. Dan mereka yang berkecimpung di dunia tv,
merasa frustrasi karena tidak bisa secara bebas membuat program. Selama
menyangkut masalah pemerintah, media tidak boleh meliputnya.
Ia
mengatakan bahwa rejim di Cina tidak mau mendengarkan pendapat para
ahli. Petinggi partai terlalu arogan. Pendapat para pakar yang
bertentangan dengan pendapat pemerintah dianggap sebagai upaya
pembangkangan.
Inti
dan kesimpulan yang terpenting dari ceramah Lang adalah bahwa Cina
sudah di ambang kebangkrutan. Ini didasari oleh dugaan yang setengahnya
merupakan hipotesa bahwa :
- Ada sekitar 36 trilliun yuan (US$5,68 trilliun) hutang yang membelit perekonomian Cina. Hutang pemerintah daerah 16 trilliun (US$2,5 trilliun) dan Badan Usaha Milik Negara memiliki 19,5 trilliun yuan (US$3 trilliun). Dengan bunga 5% - 6% per tahun (1,8 – 2,2 trilliun Yuan atau $ 280 - $ 340 milyar), keadaan adem-ayem tidak bisa lama dipertahankan.
- Inflasi versi resmi hanya 6,2%, sedangkan versi Lang adalah 16% (Sedangkan menurut EOWI sekitar 10% - 25%, dihitung juga dari ekspansi uang). Angka Lang mirip dengan komentar EOWI di Bubble Yang Masih Bertahan (II) – Sektor Properti Cina & Komoditi
Untuk
mengakhiri cerita ini, ada berita menarik. Inflasi di Cina mencapai
5,2%. Itu yang terdaftar. Sebab di Cina ada undang-undang Pengontrolan
Harga. Beberapa waktu lalu beberapa perusahaan didenda karena menaikkan
harga terlalu cepat. Berapa angka inflasi harga yang sebenarnya........,
mungkin 10%, mungkin juga lebih. Tidak ada yang tahu.
- Terjadi kelebihan kapasitas. Dengan tingkat konsumsi hanya 30% dari GDP, dan tingginya kegiatan untuk eksport maka perlambatan ekonomi dunia akan membuat kelebihan kapasitas semakin parah. Perlambatan eksport sudah terasa dengan turunnya indeks purchasing manager bulan Oktober 2011 ke level 48, (di bawah 50 artinya kontraksi).
- Pertumbuhan GDP 9% adalah bohong, menurut data Lang GDP yang sebenarnya sudah kontraksi 10%. Menurut Lang pertumbuhan versi resmi yang tinggi itu datangnya dari konstruksi infrastruktur dan sektor properti yang porsinya mencapai 70% dari GDP di tahun 2010 dan sudah menggembung besar sekali.
- Pajak langsung dan tidak langsung yang dibebankan kepada sektor bisnis mencapai 70% dari pendapatan. Sedangkan pajak perorangan mencapai 81,6%. (Komentar EOWI: Wow banyak juga, kemungkinan termasuk restribusi, inflasi dan pajak terselubung).
- Tambahan dari EOWI: Harga properti di Cina sudah anjok, dimulai dari properti di beberapa kota.
Selanjutnya dan yang paling penting untuk disimak, menurut Lang, jika tsunami ekonomi sudah menghantam, maka Cina akan menjadi negara yang termiskin di dunia.
EOWI hanya bisa berkomentar: “Wow...., mana ada yang berpikir demikian.
Opini yang sangat ekstrim”. EOWI juga berpandangan mirip, tetapi tidak
seekstrim itu. Dalam sejarah, banyak negara bangkrut dan kemudian secara
bertahap mengalami kolaps karena pembangunan-pembangunan dan ekspansi
kegiatan yang mubazir (perang misalnya) dan memakan biaya besar.
Borobudur menelorkan terusirnya dinasti Sailendra dari Jawa. Perang
Afganistan-Soviet (1979 –1989) menelorkan
terpecahnya Uni Soviet. Yang kehancuran berlangsung secara bertahap
adalah Shah Jahan dengan Taj Mahalnya (kehancuran dinasti Moghul terjadi
pada masa penggantinya beberapa dekade kemudian). Apakah Cina sudah
pada puncak kejayaannya? Entahlah, mungkin belum. Mungkin saat ini hanya
perlu koreksi yang dalam saja.
Beberapa waktu lalu EOWI menyajikan beberapa uraian mengenai Cina: Koreksi Besar Global: Ala Amerika, Ala Eropa dan Ala Cina
Kata
“berguguran” adalah sangat tepat untuk menggambarkan kejatuhan harga
dalam selang waktu 1 minggu sebesar 40% (Shanghai), 10% - 20% (Hangzhou)
dan 15% (Tianjin). Wow.....! Kalau bursa saham crash seperti ini adalah
biasa. Sedangkan properti, seumur-umur saya tidak pernah melihat
crash-property bubble seperti ini.
Nampaknya
Jim Channos yang tahun 2011 ini mengumumkan untuk melakukan short
selling semua asset yang berkaitan dengan Cina cukup sukses dalam hal
timing. Untuk melihat lebih lanjut tentang hal ini lihat artikel EOWI SHORT STOCKS, COMMODITY & GOLD SERTA LONG CORRUPTION.
Baru
saja ada berita di Want China Times mengenai anjloknya harga properti
di Cina utara, negara bagian/provinsi Inner Mongolia. Di Ordos, harga
properti anjlok sampai 60% - 70% di bulan September 2011 ini. Ini bukan soft-landing tetapi crash!
A
property boom in the Chinese city of Ordos started in 2006, but became
stagnant this year after banks tightened credit and coal enterprises in
the region have consolidated.
Ordos,
a city in central-west Inner Mongolia, has deposits of coal and oil. A
recent report by China's Ministry of Housing and Urban-Rural Development
showed that the GDP per capita of Ordos surpassed that of Hong Kong.
The
number of the rich people with more than 100 million yuan (US$15.468
million) is over 7,000. One out of every 15 people in Ordos has more
than 10 million yuan (US$1.546 million). Those who have only one million
yuan (US$154,680) are considered poor.
With
so much wealth floating around, housing prices have skyrocketed.
According to the newspaper Southern Weekend, this third-tier Chinese
city once had real estate prices that averaged 7,000 yuan (US$1,082) per
square meter (Komentar EOWI: Rp 9 juta per meter persegi di tempat jin buang anak? Mahal banget).
Several
buildings sold recently for as high as 13,000 yuan (US$2,010) per
square meter. Home prices in Erdos have climbed to over half the price
in Beijing, one of China's most expensive property markets with an
average of 22,914 yuan (US$3,544) per square meter.
The boom came as wealthy locals sought investments after getting rich quickly off coal development.
However since February, home sales have stalled, with only around 10 percent of properties on the market being sold.
The
reason behind the sluggish trend lies in the tightening of credit by
banks, and more importantly, the merger of coal enterprises.
A
lot of the demand for real estate is fueled by the coal business, but
this year, Chinese conglomerate Erdos Group wants to focus on coal
industry restructuring. Thus, the consolidation of the group's coal
companies will result in a decrease in the number of companies from the
current 300 to 40 by the end of the year.
Some
small coal mines have had to cut their property prices because they
could not afford to pay interests on loans from banks while their mines
are being suspended.
In
addition, underground financing is rampant in Ordos. Every housing
project has to seek funds from the private sector, which has taken a
40-50% share of the lending market.
A
developer in Ordos said that some in his industry have invested all
their money into real estate. Now, with new homes still being built,
developers must pay their bills monthly, but since they cannot sell the
properties, they are forced to continue to dump in money. Once banks
refuse to offer loans, they have to borrow from the private sector,
forming a vicious cycle of dependency.
Kang Bashi, the well-known ghost town in Ordos, represents the epitome of China's housing bubble.
The
town, which cost 17 billion yuan (US$2.629 billion) to build, was
originally intended to become a city with a population of around one
million, but the number of people actually living there is less than
20,000.
Chinese
media has described the town as "quite barren, with only a few vehicles
passing through the multi-lane highway. Some government offices open in
the daytime. Pedestrians that appear every so often look like illusive
beings, dragging their heavy feet along, like a lone survivor after a
catastrophic event from the movies."
Sekedar
untuk pengetahuan saja, Inner Mongolia adalah daerah yang tandus dan
tempat jin buang anak. Tahun 2007 saya sempat berkunjung ke wilayah itu.
Berpesta di tengah gurun pasir. Kemudian berkuda dan menunggang onta.
Saya tidak bisa pikir, bagaimana perhitungannya, sampai ada yang mau
membangun kota untuk 1 juta orang di daerah yang tandus dan luas itu.
Tidak mengherankan kalau yang datang hanya 20.000 orang saja. Pernyataan
artikel di atas: Those who have only one million yuan (US$154,680) are considered poor.
Orang yang punya Rp 1,5 milyar termasuk miskin? Saya pikir opini
Kementerian Perumahan dan Pembanguan Desa-Kota yang dikutip koran ini
ada yang tidak beres. Orang yang punya Rp 1,5 milyar miskin? Bisa saja
jika asset yang dimilikinya merupakan bubble. Saya tahun 2007 berfoto
dengan pakaian Mongol bersama mereka hanya dikenakan biaya 5 Yuan (Rp
5000 – Rp 8000). Bagi mereka 5 Yuan masih berharga, rasanya tidak
selaras dengan gayanya orang kaya yang punya Rp 1,5 milyar. Ini membuat
saya lebih yakin bahwa data resmi Cina meragukan.
Hutang
yang membelit pemerintah daerah dan BUMN Cina sebesar 36 trilliun yuan
(US$5,68 trilliun) bukanlah kecil. Angka ini hampir sama dengan GDPnya
yang US$5,87 trilliun. Tentu saja
hutang swastanya belum diperhitungkan disini. Hutang swasta yang
membuat para bossnya lari dari para lintah darat (lihat SHORT STOCKS, COMMODITY & GOLD SERTA LONG CORRUPTION) belum diperhitungkan.
Cina
akan menjadi pusat berita dan kali ini bukan mengenai suksesnya dan
kehebatannya, melainkan krisisnya. Kemungkinan besar spotlight berita
masih berada di Eropa ketika berita mengenai Cina menjadi berita utama.
Dengan kata lain akan ada beberapa spotlight yang bisa anda ikuti di
media massa, terutama TV Al Jazeera. Krisis keuangan Eropa, Amerika,
Eropa dan krisis politik di Timur Tengah.
Sekian
dulu, jaga investasi dan tabungan anda baik-baik. Jangan sampai mereka
mempengaruhi kesehatan anda. Dan sebagai akhir kata, harga emas
nampaknya cenderung turun, padahal September sampai Februari umumnya
adalah masa bullish, orang-orang India cenderung kawin pada bulan-bulan
Desember – Januari. Apakah koreksi yang EOWI nantikan sedang
berlangsung?
Untuk lebih lengkap baca : Gejolak 2014 – 2020: Kiat Menghadapi Gejolak Moneter 2014 - 2020
Untuk lebih lengkap baca : Gejolak 2014 – 2020: Kiat Menghadapi Gejolak Moneter 2014 - 2020
------------------------------oOo------------------------
Sumber : Imam Semar EOWI, diposting November 2011
1 komentar:
Jakarta, Aktual.com — Rilis pertumbuhan ekonomi kuartal II 2015 yang belum cukup kuat menahan pelemahan laju rupiah. Selain itu, reaksi pemerintah yang terkesan tenang menanggapi pelemahan rupiah justru memberikan sentimen negatif.
BACA SELENGKAPNYA DI :
Ekonomi RI Melambat, Rupiah Diprediksi Masih di Zona Pelemahan
Posting Komentar