Dua bulan setelah kejatuhan pasar modal China, ada satu hal yang menjadi semakin jelas. Rombongan investor pertama yang keluar dari bursa saham Shanghai dan Shenzhen itu adalah kaum kaya yang masih sempat menyelamatkan investasi mereka, meninggalkan para investor ritel memegang portofolio yang nilainya anjlok tajam.
Jumlah para pemain yang dalam rekening sekuritasnya memiliki saham dengan nilai lebih dari 10 juta yuan (US$1,6 juta) telah berkurang 28% pada Juli, ketika jumlah orang yang nilai rekening sahamnya kurang dari 100.000 yuan justru naik 8% menurut lembaga kliring saham China, Selasa 18 Agustus. Jumlah investor yang memiliki koleksi saham dengan nilai minimal 10 juta tuan menurun menjadi 55.000 pada Juli dari 76.000 pada Juni. Sedangkan yang memegang saham dengan nilai antara 1 juta yuan sampai 10 juta yuan jumlahnya anjlok 22% menurut China Securities Depository and Clearing Corporation.
"Investor kaya ini yang sebelumnya pernah melalui pasar yang lesu punya kemampuan mengambil keputusan keluar dari pasar yang lebih baik," kata Hu Xingdou, guru besar ekonomi Institut Teknologi Beijing. Pengalaman dan jam terbang membuat para investor kakap ini jauh berbeda dibandingkan jutaan investor kecil yang selama beberapa tahun ini mulai membanjir masuk ke pasar modal, banyak di antaranya tak mengenyam pendidikan tinggi dan tergiur kampanye pemerintah untuk meramaikan bursa saham.
Indeks saham China menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah pada 12 Juni yang memuncaki masa bullish yang panjang. Setelah kejatuhan indeks saham sampai 38% selama tiga pekan yang menghapus US$4 triliun nilai aset, pemerintah China melakukan berbagai upaya untuk menahan pasar modal dari kejatuhan seperti mendorong badan usaha milik negara melakukan pembelian saham dan melarang pemegang saham utama melakukan penjualan.
Firma CLSA Limited menyebut bahwa investor kaya telah memanfaatkan momen pembelian saham oleh sekuritas guna menjual portofolionya. "Klien yang kaya ini adalah mereka yang selama ini telah menggerakkan pasar," kata Francis Cheung, kepala strategi pasar China dan Hong Kong di CLSA, dalam e-mail, Rabu 19 Agustus. "Mereka cenderung lebih berpengalaman dalam perdagangan saham."
Investor kakap dengan nilai investasi paling banyak untuk dipertaruhkan di bursa saham ini merasa tak memiliki alasan lagi untuk bertahan di pasar di tengah munculnya berbagai laporan kinerja emiten yang melemah, ditambah lagi kenyataan bahwa valuasi saham perusahaan China termasuk paling tinggi di dunia. Harga saham median di bursa China diperdagangkan pada 72 kali laba bersihnya pada Senin 17 Agustus, lebih mahal dibandingkan 10 pasar saham terbesar global. Saat puncak indeks saham China pada 2007, rasionya 68 kali menurut data Bloomberg.
Selain itu, lebih dari 62% emiten yang sahamnya tercatat di Indeks Saham Gabungan Shanghai mencetak kinerja di bawah estimasi para analis yang dibuat pada 2014 di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi yang tahun ini akan berada pada laju terendah dalam seperempat abad. Laba sektor industri China menurun 0,3% pada Juni dibandingkan kenaikan 0,6% pada bulan sebelumnya. "Tak banyak dukungan fundamental untuk pasar saham kelas A," kata Francis Cheung. "Tingkat laba emiten melemah."
Sumber : Bloomberg
0 komentar:
Posting Komentar