Senin, 09 Mei 2016

Kadin Soroti Penurunan Daya Beli Masyarakat

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyoroti fenomena penurunan daya beli masyarakat yang terindikasi dari data-data penjualan beragam jenis barang konsumen yang juga memperlihatkan penurunan.

"Di triwulan I-2016 penjualan hampir semua fast-moving consumer goods (FMCG) rata-rata turun," kata Wakil Ketua Umum Kadin bidang PerdaganganBenny Sutrisno dikutip dari Antara, Rabu (4/5/2016).  FCMG merupakan beragam produk yang relatif terjual secara cepat dan biasanya berbiaya rendah seperti minuman, obat-obatan bebas, buah-buahan, sayuran dan makanan olahan. Menurut Benny, sejumlah produk yang tingkat penjualannya tidak mengalami penurunan antara lain adalah rokok dan pulsa.

Ia berpendapat bahwa penurunan penjualan banyak barang itu mencemaskan contohnya bila seperti susu bubuk untuk bayi bisa mengalami penurunan, maka bayi-bayi yang ada juga semakin berkurang yang meminum susu bubuk tersebut.

Dia menyadari fenomena penurunan tingkat penjualan tersebut antara lain karena memang daya beli masyarakat yang dinilai tengah menurun, apalagi nanti saat puasa dan Lebaran di mana biasanya terdapat sejumlah pengeluaran ekstra.

Sebagaimana diwartakan, aktivitas ritel di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) masih didominasi gerai makanan dan minuman karena banyak tingkat daya beli konsumen dinilai masih terfokus pada sektor primer.

"Cukup banyak orang yang berbelanja ke mal lebih banyak ke gerai F & B ("food and beverage"/makanan dan minuman) karena mereka lebih memprioritaskan pengeluaran mereka," kata Direktur Riset Cushman & Wakefield Arief Rahardjo, beberapa waktu lalu.

Menurut Arief, kondisi ritel saat ini cukup terkontrol pasokannya sedangkan dari tingkat hunian dinilai masih baik atau sekitar 85-90 persen karena masih belum ada mal baru yang masuk ke pasar pada tahun ini.

Sebelumnya, pembangunan mal atau pusat belanja di kawasan Bodetabek diperkirakan akan melebihi pembangunan pusat belanja yang ada di Jakarta pada beberapa tahun mendatang.

"Pasokan kumulatif saat ini di Bodetabek adalah 53,2 persen dari total pasokan di Jakarta. Namun, pembangunan ruang tambahan di Bodetabek pada 2016-2018 diproyeksikan bakal lebih tinggi daripada di Jakarta," tambah Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto.

Metrotvnews

0 komentar: