PT Lippo Cikarang Tbk menyiapkan kawasan industri Indonesia-Shenzhen Industrial Park di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Guna mewujudkan proyek senilai Rp 190 triliun itu, anak usaha Lippo Group ini menggandeng dua perusahaan asal Tiongkok, yakni Shenzhen Yantian Port Group Co Ltd dan Country Garden Holdings Co Ltd.
“Kedua perusahaan Tiongkok tersebut sudah lama mengenal Lippo Group dan mereka tertarik untuk bekerja sama,” ujar Direktur/Chief Marketing Officer PT Lippo Cikarang Tbk Stanley Ang, di Cikarang, Selasa (24/5).
Dia menjelaskan, Kawasan Industri Indonesia-Shenzhen ini terdiri atas kawasan komersial dan industri. Kawasan komersial meliputi apartemen dan pusat ritel, sedangkan kawasan industri meliputi pabrik high technology.
Stanley mengatakan, Shenzhen Yantian Port Group Co Ltd dan Country Garden Holdings Co Ltd akan memberikan kontribusi dan tata cara pengembangan kawasan yang modern. Ke depannya, kawasan ini menjadi kawasan industri yang hebat dan diharapkan menjadi kebangaan Indonesia dan Tiongkok.
Kawasan Industri Indonesia-Shenzhen dibangun tiga tahap. Untuk tahap pertama direncanakan awal tahun 2017.
Stanley menjelaskan, sumber pendanaan berasal dari masing-masing perusahaan, walau tidak menutup kemungkinan mencari dana dari pihak luar. “Porsi pendanaan belum boleh di-share, yang jelas ketiga perusahaan terlibat,” ujar dia.
Shenzhen Yantian Port Group Co Ltd adalah perusahaan asal Tiongkok yang memiliki dan mengoperasikan pelabuhan kontainer terbesar serta layanan logistik terpadu. Shenzhen dipimpin oleh Tong Yaming. Sedangkan Country Garden Holding Co Ltd adalah perusahaan properti terbesar yang berbasis di Guangdong, perusahaan ini sudah banyak mengembangkan kawasan industri di luar Tiongkok seperti di Malaysia dan Australia.
Stanley menuturkan, faktor lain yang membuat kedua perusahaan Tiongkok mau mengembangkan kawasan industri di Lippo Cikarang adalah jalur logistik yang sudah lancar.
----------------
Mochtar Riady: Indonesia Paling Diincar Investor
Sementara itu, Chairman Lippo Group Mochtar Riady mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak diincar investor. Banyak investor yang mau berinvestasi di Indonesia karena jumlah penduduknya banyak dan sebagian besar kelas menengah.
“Di samping itu, perekonomian Indonesia tetap tumbuh stabil,” ujar dia, di Cikarang, kemarin.
Dia mengatakan, Lippo Group sangat bangga bisa mengembangkan kawasan industri baru dengan dua perusahaan Tiongkok. Lippo Group sudah dipandang sebagai perusahaan terbesar di Indonesia khususnya di bidang properti.
“Kawasan Industri Indonesia- Shenzhen akan menjadi kawasan sibuk dan pusat bisnis. Lippo kembali memperkenalkan konsep kawasan industri yang baru dan diharapkan bisa hebat,” ujar dia.
Mochtar menegaskan, kawasan industri sangat penting dikembangkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Dia pernah mengatakan, kawasan koridor timur Jakarta merupakan “Shenzen-nya” Indonesia.
Menurut dia, hal itu mengingat wilayah tersebut padat dengan industri. Keberadaan industri merupakan salah satu pendorong perekonomian nasional, lewat banyaknya perusahaan yang membuka usahanya di kawasan tersebut.
Kehadiran ekspatriat dan investor asing di kawasan industri menjadi pemicu utama berkembangnya industri properti di Cikarang. Saat ini, ada sekitar 4.000 perusahaan yang beroperasi di kawasan industri dengan sekitar 21 ribu ekspatriat. Selain itu, kawasan tersebut juga ditopang oleh pengembangan sejumlah infrastruktur penunjang seperti kereta dan pelabuhan.
-----------------
Tiongkok Terus Bidik Indonesia sebagai Tujuan Investasi
Sementara itu, Ketua Asosiasi Kawasan Industri (AKI) Sanny Iskandar mengatakan, Tiongkok terus membidik Indonesia sebagai negara tujuan investasinya. Indonesia dinilai memiliki pasar domestik yang cukup besar mengingat jumlah penduduknya mencapai sekitar 250 juta jiwa.
“Hal itu juga ditopang oleh pertumbuhan pendapatan di kelas menengah kita yang cukup menjanjikan, terutama bagi industri yang berorientasi pada produk konsumsi,” kata Sanny kepada Investor Daily, di Jakarta, kemarin.
Dia menambahkan, di lingkup regional, kawasan industri Indonesia termasuk kawasan yang terbaik. Khususnya, jelas dia, kawasan industri yang dikembangkan dan dikelola dengan baik seperti di koridor Jakarta-Cikampek. Terlebih, kawasan industri yang sudah bekerjasama dengan Jepang dimana infrastrukturnya sangat mendukung dan cukup memadai bagi pemanufaktur.
Sanny berharap, tahun ini permintaan lahan kawasan industri akan meningkat signifikan dibandingkan tahun 2015 yang sekitar 350 hektare (ha). Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan kawasan industri, salah satunya ketersediaan infrastruktur.
“Kami berharap paruh kedua tahun ini bisa terjadi beberapa keputusan untuk pembelian lahan. Kami berharap realisasi permintaan lahan bisa mencapai 700 hektare,” papar dia.
-------------------------------
Lippo Cikarang Optimistis Bisnis Kawasan Industri Tumbuh 10%
Ju Kian Salim, direktur PT Lippo Cikarang Tbk sebelumnya mengatakan, pihaknya optimistis bisnis kawasan industri bertumbuh 10% pada 2016. Kini, pengembang properti itu menggarap delapan proyek kawasan industri di Cikarang, Jawa Barat seluas 1.123 ha.
“Kami optimistis pertumbuhan kawasan industri tahun 2016 yang diprediksi bergerak di angka 10%, dapat terealisasi,” papar dia kepada Investor Daily.
Kawasan industri yang digarap Lippo Cikarang mencakup Delta Silicon 1 (269 ha), Delta Silicon 2 (128 ha), dan Delta Silicon 3 (200 ha). Lalu, Delta Silicon 3 Extention (67 ha), Delta Silicon 5 (157 ha), Delta Silicon 6 (77 ha), dan Delta Silicon 8 (224 ha).
Khusus untuk Delta Silicon 8, jelas dia, merupakan kerja sama operasi (KSO) dengan Mandiri Group. “Untuk lahan industri kami saat ini yang berpeluang untuk dipasarkan masih sekitar 97,4 hektare dari 224 hektare total lahan Delta Silicon 8,” ujar dia.
--------------------------------
Kehadiran Kawasan Industri Hidupkan Perekonomian Sekitar
Sementara itu, pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, kehadiran kawasan industri akan menghidupkan perekonomian sekitarnya, seperti dengan banyaknya pendirian hotel, rumah makan, dan sebagainya yang banyak menyerap tenaga kerja.
Namun demikian, dia berharap Indonesia harus siap menyerap teknologi dan keterampilan yang dibawa tenaga kerja profesional dan investor asing.
“Kita harus mempelajari bagaimana mereka mengolah bahan baku menjadi bahan jadi atau mengolah sumber daya alam menjadi bahan baku. Selain itu, tenaga kerja kita harus belajar dari tenaga profesional mereka. Jadi, saya kira harus ada alih teknologi, karena hal semacam itu pula yang dulu dilakukan Tiongkok dan Jepang untuk memajukan industri mereka,” papar dia.
Lebih jauh Ahmad menilai, keberadaan kawasan industri sangat dibutuhkan guna mendukung industri manufaktur dan perekonomian secara keseluruhan.
“Negara-negara yang memiliki industri kuat selalu didukung oleh kawasan industri yang besar,” jelas dia.
Untuk itu, dia meminta pemerintah Indonesia harus terus berupaya untuk mengembangkan industri, khususnya di kawasan timur dan tengah Indonesia. Ahmad menilai sejauh ini kebijakan pengembangan kawasan industri di Indonesia belum optimal yang tercermin dari masih terbatasnya jumlah kawasan industri.
Ke depan, pemerintah diminta lebih serius, misalnya dengan menawarkan insentif yang menarik bagi investor, termasuk asing, untuk mengembangkan kawasan industri.
“Nantinya bisa diberikan insentif yang lebih besar untuk pengembangan kawasan industri yang letaknya semakin jauh dari pusat kota. Seperti di Bangkok, Thailand, mereka akan memberikan insentif yang lebih besar kepada investor yang mengembangkan kawasan industri yang jauh dari kota Bangkok ketimbang yang dekat dengan pusat kota tersebut,” papar dia.
Senada, anggota Komisi XI DPR RI Andreas Eddy Susetyo menilai masuknya investor asing ke kawasan industri akan berdampak positif bagi perekonomian, khususnya dalam penciptaan lapangan kerja.
Menurut dia, masuknya industri manufaktur diharapkan akan membantu Indonesia dalam mereformasi industri, yakni dari negara pengekspor bahan mentah menjadi pengekspor komoditas manufaktur bernilai tambah tinggi, atau bisa membuat bahan baku yang akan mensubstitusi impor bahan baku. “Kita selama ini banyak mengimpor bahan baku dan bahan penolong,” papar dia.
Investor Daily
0 komentar:
Posting Komentar