Selasa, 17 Mei 2016

3 Strategi PUPR Garap Infrastruktur di Perbatasan

Untuk memacu pembangunan infrastruktur di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, bukan perkara mudah. Namun, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) punya tiga strategi.

Ketiga strategi tersebut yaitu pembangunan konektivitas dalam mendukung pengembangan wilayah, pemanfaatan sumber daya, dan peningkatan kualitas hidup di pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman.

Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), Hermanto Dardak saat rapat tentang Progress Report Persiapan Rapat Tim Kajian dengan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Jakarta, Kamis (12/5/2016).

Dardak bilang, pembangunan konektivitas dilakukan untuk mendukung tiga Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Di mana, ketiga WPS itu merupakan perbatasan darat di Kalimantan, NTT dan Papua.

Menurut Dardak, pembangunan konektivitas berpotensi untuk mengembangkan ekonomi daerah dan mendukung pertahanan keamanan, serta pengembangan wilayah tersebut.

Strategi kedua, lanjut Dardak, menyangkut pemanfaatan sumber daya. Kementerian PUPR membangun infrastruktur penampung air untuk mendukung ketahanan air dan infrastruktur irigasi untuk mendukung kedaulatan pangan.

Terkait peningkatan kualitas hidup di pusat pertumbuhan dan permukiman, Dardak bilang, Kementerian PUPR akan membangun infrastruktur permukiman dan pengembangan permukiman baru, serta perbaikan perumahan untuk Masyarakat Berpanghasilan Rendah (MBR).

Sedangkan untuk konektivitas di jalan perbatasan di Kalimantan, Dardak menjelaskan, saat ini jalan paralel perbatasan Kalimantan merupakan tulang punggung WPS Temajuk Sebatik.

Nantinya, kata Dardak, jalan tersebut memiliki panjang 2.100,8 kilometer. Sedangkan untuk ruas jalan yang sudah tersambung sepanjang 1.379,5 kilometer (66,5%). Dan, yang belum tersambung panjangnya 703,3 kilometer (33,5%).

Sementara, pembangunan jalan di perbatasan NTT, kata Dardak, saat ini, sedang digarap berupa jalan nasional dari Motaain menuju Haliwen hingga Motamasin. Untuk ruas jalan dari Haekesak menuju Laktutus, diusulkan dikerjakan pada 2016-2017.

Yang tak kalah pentingnya, lanjut Dardak, pembangunan jalan Trans Papua yang merupakan tulang punggung dari WPS Jayapura-Merauke, saat ini, membutuhkan konektivitas dari Jayapura-Ubrub-Towa Hitam-Oksibil-Tanah Merah-Muting-Erambu-Merauke. Yang panjangnya mencapai 1.105 kilometer. Jalan tersebut untuk membentuk konektivitas Kawasan Perbatasan Papua.

Adapun sepanjang 300 kilometer terutama dari Ubrub ke Oksibil yang bukan merupakan bagian dari Trans Papua yang pada saat ini belum tembus, dikarenakan kondisi geografis pegunungan, tutur Dardak.

Dardak mengatakan, untuk membangun pusat pertumbuhan, permukiman dan konektivitas, perlu upaya bersama dari instansi terkait. Saat ini, BPIW sedang melakukan koordinasi dengan satmikal lain dalam membuat permukiman baru di daerah Sorong menuju Manokwari.

Saat ini, kami juga telah berkoordinasi dengan Freeport dalam membuka akses Ilaga-Grasberg-Timika untuk mempermudah alur logistik, ungkap Dardak.

Saat membuka rapat tersebut, Ketua Wantimpres, Sri Adiningsih menyatakan pemerintah saat ini, tengah menggenjot pembangunan infrastruktur fisik di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan. Tujuannya untuk memberdayakan dan meningkatkan tingkat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.

Antar instansi atau lembaga perlu berkoordinasi untuk mempercepat pembangunan di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, kata Sri.

Dalam rapat tersebut turut hadir Asisten Deputi Infrastruktur dan Kesra Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP), Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Bappenas, Sekretaris Ditjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Asisten Deputi Penataan Ruang dan Kawasan Strategis Ekonomi Kemenko Perekonomian.

Inilah.com

0 komentar: