Pemprov Riau menggelar pertemuan dengan PT Chevron Pacific Indonesia dan SKK Migas untuk membicarakan penyesuaian jalur tol Pekanbaru – Dumai yang melewati pipa minyak.
Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Setdaprov Riau Masperi mengatakan pertemuan itu dilaksanakan guna membahas penyesuaian jalur tol yang melewati pipa minyak PT Chevron.
“Jalur tol Pekanbaru – Dumai nanti ada yang melewati jalur pipa minyak, jadi perlu pembahasan bersama antara Chevron dan SKK Migas,” katanya Selasa (21/6/2016).
Dari pertemuan itu juga kata dia, perusahaan multi nasional tersebut menyatakan dukungannya atas proyek infrastrktur itu sehingga dapat berjalan lancar.
Pertemuan itu juga diharapkan terjadi penyesuaian proses pengerjaan proyek yang baik sehingga tidak mengganggu jalannya produksi minyak oleh perusahaan miga tersebut.
Sebagai upaya lanjutan, akan diadakan survei pada jalur proyek tol yang bersinggungan dengan jalur pipa minyak, untuk dicari solusi pada titik tersebut.
“Beberapa solusi yang akan diambil seperti tolnya dibuat melayang di atas jalur pipa minyak atau solusi lain tergantung situasi dan kondisi lapangan pada saat survei nanti,” katanya.
Adapun pemprov saat ini terus mengejar proses pembebasan lahan proyek tol yang akan menghubungkan Kota Pekanbaru dengan Kota Dumai di Provinsi Riau dan terhubung dengan proyek tol Trans Sumatra.
Konstruksi Tol Bocimi Lambat, Dirjen Bina Marga Sarankan Kontraktor Korsel Diganti
Konstruksi tol Bogor—Ciawi—Sukabumi dinilai lambat meskipun telah mengalami groundbreaking hingga empat kali. Untuk itu pemerintah merekomendasikan pengelola ruas tol Bocimi untuk mengganti kontraktor yang lamban dalam bekerja.
Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Hediyanto W Husaini mengungkapkan lambatnya pengerjaan konstruksi terjadi pada paket pengerjaan milik kontraktor asal Korea, PT Posco E&C Indonesia, yang merupakan perusahaan afiliasi dari Posco E&C Internasional yang berpusat di Korea Selatan.
“Kalau saya owner-nya, saya ganti , tetapi ini kan investornya Waskita. Rekomendasi saya sih ganti saja lah, ketemu sama orang asing ini kadang-kadang perkara kecil dia berhenti, perkara tanah sedikit dia berhenti, dia cari alasan untuk berhenti ,” ujarnya, Selasa (21/06).
Hingga saat ini, konstruksi tol Bocimi masih berfokus di seksi I sepanjang 15,35 km yang diharapkan bisa selesai lebih dahulu pada 2017. Pembebasan lahan untuk seksi I saat ini sudah mencapai 96% sedangkan seksi II hingga IV belum dimulai.
Pengerjaan seksi I terdiri dari tiga paket, dengan rincian konstruksi paket 1 ditangani oleh Kerja Sama Operasi (KSO) PT Waskita Karya (Persero) Tbk – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, sementara paket 2 dan 3 ditangani oleh PT Posco E&C Indonesia.
Progres konstruksi sejauh ini untuk seksi I mencapai 18,7% untuk paket I, 12% untuk paket 2, dan terendah 6,3% untuk paket 3. Adapun nilai konstruksi keseluruhan seksi I sebesar Rp1,8 triliun.
Meskipun kerjanya dinilai lamban, Hediyanto menilai hingga saat ini kontraktor asal Korea Selatan itu belum diganti karena masih terikat kontrak dengan PT Trans Jabar Tol.
Padahal, dia menilai konstruksi akan lebih cepat bila ditangani oleh PT Waskita Karya, karena perusahaan tersebut juga menjadi pemegang saham di ruas ini. Meski demikian, dia menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada Badan usaha Jalan Tol (BUJT) terkait.
“Cuma ini kan dia menghormati kontraknya dengan PT Posco saja . Menurut saya kalau dia lokasi kerja banyak. saya sudah lihat kan lokasi kerjanya banyak tapi mungkin alatnya kurang banyak,” tambahnya.
Bisnis.com
0 komentar:
Posting Komentar