SEALANT BULK is The Best Apshaltic Plug Joint Sealant in Indonesia

Kami adalah Produsen Aspal Joint Sealant Terbaik di Indonesia

Proses Pemotongan (Cutter) Beton Untuk Membuat Celah

Kami adalah Produsen Aspal Joint Sealant Terbaik di Indonesia

Proses Pembongkaran Beton. Ini adalah Aplikasi Expansion Joint pada Jembatan

Kami adalah Produsen Aspal Joint Sealant Terbaik di Indonesia

Proses Pembersihan Celah dari Kotoran Kasar

Kami adalah Produsen Aspal Joint Sealant Terbaik di Indonesia

Proses Pembersihan Celah yang Kedua dari Debu, Menggunakan Kompresor Angin

Kami adalah Produsen Aspal Joint Sealant Terbaik di Indonesia

Proses Pencampuran Agregat dengan Bitumen

Kami adalah Produsen Aspal Joint Sealant Terbaik di Indonesia

Proses Pemadatan Agregat

Kami adalah Produsen Aspal Joint Sealant Terbaik di Indonesia

Proses Finishing, Menutup Lapisan Dengan Aspal Sealant

Kami adalah Produsen Aspal Joint Sealant Terbaik di Indonesia

Proses Pekerjaan Pemasangan Aspal Sealant pada Rigid Pavement (Jalan Cor Beton)

Kami adalah Produsen Aspal Joint Sealant Terbaik di Indonesia

SELAMAT DATANG

Kami adalah Produsen Aspal Joint Sealant Terbaik di Indonesia.
Murni Hasil Karya Anak Bangsa, 100% Indonesia

Perkenalkan kami, Mutiara Jaya Trading berkedudukan di Bekasi dan didirikan pada tahun 2009. Berafiliasi dengan CV. Mandiri Putra Jaya, dalam hal ini bergerak sebagai General Trading. Kami adalah Perusahaan yang mengkhususkan diri dalam memproduksi serta memasarkan Asphaltic Plug Joint Sealant dengan merk Sealant Bulk dan Super Sealant. Dengan demikian, kami adalah produsen sekaligus penjual dari Aspal Sealant tersebut.

Produk Kami telah mendapatkan Sertifikasi dari Dinas PU, dan secara berkala diperiksa serta dilaporkan kepada Dinas tersebut, agar kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga mutunya. Produk kami telah banyak diakui oleh Perusahaan-Perusahaan Kontraktor, baik Swasta maupun BUMN, telah teruji memiliki kualitas yang sangat baik.

Kami telah berkiprah dengan sangat baik pada produk Aspal Sealant ini. Sudah lebih dari Lima Tahun produk Aspal Sealant kami digunakan hampir pada setiap proyek pembangunan jalan dan jembatan di Indonesia.

Kami bangga telah menjadi bagian pembangunan Infrastruktur di negeri sendiri.

ANAK BANGSA MAMPU - INDONESIA BISA !!







Selasa, 03 Januari 2017

Hadapi MEA, Pemerintah Diminta Pertegas Sertifikasi Tenaga Kerja

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Edy Suandi Hamid mengatakan kepemilikan sertifikasi harus dipertegas dalam lalu lintas tenaga kerja antarnegara ASEAN.

"Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memungkinkan kebebasan lalu lintas tenaga kerja antarnegara ASEAN, tetapi kepemilikan sertifikasinya harus diperjelas," kata Edy pada diskusi "Refleksi Akhir Tahun Pemerintahan Jokowi dan kontribusi KAHMI untuk Negeri" di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Senin (2/1/2017).

Menurut Edy, dalam konteks pemberlakuan MEA seluruh negara anggota ASEAN telah menyepakati konsep aliran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labor) selain aliran bebas jasa (free flow of services) dan aliran bebas barang (free flow goods).

Adapun tenaga terampil yang disepakati negara-negara ASEAN sesuai "Mutual Recognition Arrangement (MRA)" ada delapan profesi yakni insinyur, perawat, arsitek, tenaga survei, dokter gigi, akuntan, jasa wisata, dan dokter.

"Tidak serta merta dapat keluar masuk, mereka harus tersertifikasi betul," kata mantan rektor UII itu.

Oleh sebab itu, menurut dia, apabila tenaga kerja asing yang telah keluar masuk di Indonesia saat ini banyak di antaranya adalah tenaga kasar maka hal tersebut tidak sesuai dengan prinsip kesepakatan dalam pemberlakuan MEA.

"Apabila yang tersebar di media sosial (medsos) benar maka tidak sesuai. Apalagi di Indonesia sendiri masih banyak pengangguran," kata dia.

Dalam kesempatan yang sama, mantan Ketua Mahmakah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengatakan 21.000 orang tenaga kerja kasar yang dikabarkan masuk Indonesia bisa jadi merupakan tenaga kerja ilegal.

Jika demikian, menurut dia, sebetulnya jumlah itu lebih sedikit dibandingkan tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal yang tersebar di Arab Saudi dan Malaysia yang jumlahnya justru mencapai jutaan orang.

"Kalau tenaga asing itu ilegal maka tidak membahayakan, karena tinggal ditindak secara hukum dan dideportasi," kata dia.

Pasar Lebih Banyak Menyerap Tenaga Kerja Berpendidikan Rendah

Pemerintah menyatakan siap untuk meningkatkan kualitas pendidikan para tenaga kerja Indonesia, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"Pemerintah akan meningkatkan kualitas pendidikan pekerja Indonesia," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto saat dihubungi di Jakarta, Senin (2/1/2016).

Menurut dia, peningkatan kualitas pendidikan tenaga kerja di Indonesia berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Karena itu, pemerintah menyatakan siap meningkatkan kualitas pendidikan pekerja Indonesia.

Ia mengatakan, saat ini, pasar tenaga kerja cenderung lebih banyak menyerap pekerja yang berpendidikan rendah, dibanding pekerja yang berpendidikan lebih tinggi.

Implikasinya, kata dia, tergambar pada kurang membaiknya tingkat kesejahteraan rakyat. Hal itu terlihat dari data BPS yang mencatat, pekerja berpendidikan tidak/belum tamat yang terserap pasar sebanyak 97,20 persen laki-laki dan 98,10 persen perempuan.

Pekerja berpendidikan SD yang terserap adalah 96,75 persen laki-laki dan 97,19 persen perempuan.

Sementara itu, pekerja berpendidikan SMP yang terserap sebanyak 93,95 persen laki-laki dan 93,43 persen perempuan. Pekerja berpendidikan SMA sebanyak 89,86 persen laki-laki dan 86,69 persen perempuan yang terserap pasar.

Pekerja berpendidikan Diploma I-III yang terserap 92,82 persen laki-laki dan 92,13 persen perempuan. Dan akhirnya, pekerja berpendidikan D-IV/Universitas yang terserap pasar sebanyak 94,16 persen laki-laki dan 92,91 persen perempuan.

Lebih jauh, katanya, tenaga kerja laki-laki yang tidak atau belum pernah sekolah, lebih banyak terserap di pasar tenaga kerja. Yaitu, sebanyak 98,33 persen pekerja laki-laki yang tidak/belum pernah sekolah, telah terserap oleh pasar. Dan hanya 1,67 persen yang tidak bekerja atau pengangguran. Di sisi lain, tenaga kerja perempuan yang tidak/belum pernah sekolah yang terserap pasar sebanyak 99,07 persen, dan hanya 0,93 persen lainnya menganggur.

Lebih jauh, kata dia, untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau SMA ke atas, persentase pekerja perempuan lebih rendah dibanding pekerja laki-laki. Contohnya, dari angkatan kerja laki-laki yang telah menamatkan Diploma IV (D-IV) atau Universitas, sebanyak 94,16 persen bekerja, sementara dari angkatan kerja perempuan yang telah menamatkan pendidikan D-IV/Universitas dan berstatus sebagai pekerja sebesar 92,91 persen.

"Data-data ini mengindikasikan ketidakselarasan profil lulusan perguruan tinggi di Indonesia dengan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pasar tenaga kerja," papar Kecuk, panggilan akrab Suhariyanto.

Ia menjelaskan, pendidikan yang rendah turut berkontribusi menyebabkan diskriminasi dalam pekerjaan. Sebab rendahnya pendidikan dan keterampilan, menjadikan perempuan mengalami kesulitan mencari pekerjaan untuk menghidupi diri dan keluarganya.

warta10.com

Rabu, 16 November 2016

Apa yang Tersisa dari Bangsa ini?

Seorang menteri hanya geleng-geleng kepala. Ia tak habis pikir bagaimana bisa besi baja termasuk benda yang diselundupkan ke Indonesia. Besi baja pasti berat dan ada yang lebar, ada pula yang panjang.

Bayangan kita tentang penyelundupan adalah benda-benda relatif kecil dan relatif ringan, seperti narkoba, ponsel, dan barang elektronik lainnya. Hilang akal kita jika besi baja saja bisa diselundupkan, apalagi yang lain-lainnya.

Intinya, bangsa ini benar-benar sudah tak waras. Kejahatan yang masif, sistematis, dan terstruktur ini tak mungkin hanya masalah pejabat di pelabuhan dan di bea cukai. Ini pasti melibatkan semuanya, termasuk polisi dan tentara.

Pembicaraan itu berawal dari kondisi BUMN baja yang kini kembali dalam fase yang tak menggembirakan. Padahal, BUMN ini sudah bermitra dengan perusahaan baja besar dari luar negeri. Perusahaan itu menjadi sulit berkembang akibat pasar yang dirusak oleh penyelundupan. Tentu, penyelundupan hanya satu faktor, masih banyak faktor lain yang bersifat internal.

Kerusakan negeri ini masuk di segala lini, utamanya adalah karena faktor korupsi, kolusi, dan nepotisme. Pembangunan ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan selalu terbentur pada tiga poin itu. Pemilu atau pilkada yang diadakan lima tahun sekali menjadi katarsis yang semu.

Upaya penyucian, pembaruan, dan pembangun harapan baru sebetulnya sia-sia belaka. Semua janji saat kampanye tak mungkin bisa dipenuhi. Sistem kepartaian dan sistem politik yang kita bangun sangat mengandalkan kekuatan uang.

Di tengah ketimpangan ekonomi yang dahsyat, maka hal itu hanya menciptakan ketergantungan pada beberapa gelintir orang. Hal itu pada akhirnya menuntut dikembalikan melalui kebijakan yang bersifat koruptif dan kolutif. Akibatnya, tujuan politik untuk membangun kesejahteraan, keadilan, dan pemerataan menjadi punah.

Sudah menjadi watak sebuah kejahatan, apalagi jika dilakukan pemimpinnya, maka akan dengan cepat menjadi teladan. Tak hanya mendekonstruksi birokrasi dan partai yang bersentuhan langsung, tapi menjalar ke seluruh elemen sosial. Karena itu, negeri ini sebenarnya berjalan tanpa cetak biru. Semua alamiah saja. Jika pun tak runtuh, ini karena alam negeri ini demikian kaya.

Habis minyak ada kayu, habis kayu ada batu bara, habis batu bara ada gas, habis gas ada minyak goreng, lalu kita tak tahu setelah itu apa. Yang diupayakan adalah pariwisata, yang ini pun karena alam kita yang indah tiada tara.

Seorang duta besar bercerita bahwa dirinya ditugasi pemerintah untuk berjualan. Lalu, ia menggali data perdagangan. Hasilnya adalah perdagangan sumber daya alam belaka. Paling banter, ia berpromosi pariwisata. Barang industri lebih banyak kerajinan masyarakat, yang nilainya relatif kecil. Tak ada barang industri besar yang bisa dijual.

Tak heran jika perjalanan negeri ini secara kualitatif hanya sedikit bergerak. Karena itu, di akhir obrolan selalu berujung pada kegetiran. Tak jarang, kemudian mulai bicara ngelantur, seperti menghitung hari kapan Papua lepas, kapan Aceh lepas, kapan Manado lepas, kapan Bali lepas, kapan Maluku lepas. Jleb!

Kita pun mulai takut, walaupun untuk Indonesia terbalkanisasi tak juga mudah. Namun, menakut-nakuti bahwa itu karena intervensi asing, sebetulnya relatif ilusif. Faktor terbesar dan terpenting adalah dari dalam negeri, utamanya dari pemerintah pusat, bukan faktor asing atau faktor daerah. Faktor internal itu adalah masalah kesejahteraan, pemerataan, dan keadilan.

Ada dua institusi yang sangat penting untuk negeri yang berpenduduk besar dan berwilayah luas. Dua lembaga itu adalah lembaga militer (TNI) dan intelijen. Di negeri demokratis, dua lembaga ini hampir-hampir tak terpengaruh dinamika politik. Sedangkan, lembaga lainnya sangat dekat dengan dinamika politik.

Seiring pergantian pemerintahan, maka akan berganti pejabat, yang berasal atau ditunjuk oleh partai pemenang. Sedangkan, watak partai paling ekstrem adalah berpecah belah dan mengejar kepentingan partainya. Desain ini untuk membangun kompetisi, pergiliran, dan pengawasan, serta keseimbangan.

Adapun lembaga intelijen dan militer justru harus relatif steril, dan sejak dini, aparatusnya didoktrin sebagai pemersatu dan penjaga kepentingan nasional. Loyalitasnya hanya pada konstitusi dan ideologi negara. Karena itu, dua institusi ini adalah tumpuan harapan, yang berarti pula jika negeri ini kacau maka mereka pula yang paling bertanggung jawab.

Namun, kita menyaksikan bahwa para pemimpinnya sering ikut bermain politik pragmatis, terjebak pada perilaku koruptif, dan menjadi alat para pemodal bahkan dibina kepentingan asing. Bagi wartawan, bukan hal sulit untuk mendapatkan pergunjingan semacam itu.

Saat Uni Soviet runtuh, Putin sedang bertugas sebagai intel di Berlin Timur. Ketika negeri itu berubah menjadi Rusia, ia pulang dan bergabung dengan pemerintahan baru. Diam-diam, ia menghimpun intel-intel yang seide untuk membangun kekuatan politik. Ia pun mendirikan partai dan memenangkan pemilu. Putin dengan cepat mengembalikan marwah Rusia dan lepas dari boneka asing.

Kekuatan Cina adalah di tentara rakyat, demikian pula dengan Amerika Serikat yang memiliki intelijen dan militer yang kuat. Contoh kecil, Nixon jatuh akibat keterlibatan petinggi intelijen yang memandu wartawan The Washington Post dalam menginvestigasi kasus Watergate.

Sehatnya intelijen dan militer bukan untuk mengendalikan dan melakukan intervensi proses dan sistem demokrasi, tapi untuk menjadi pendulum agar bandul sejarah bergerak menanjak. Kita menunggu para idealis di militer dan intelijen untuk bergerak dan tak diam berpangku tangan.

Sumber : KOLOM republika

Minggu, 23 Oktober 2016

Proyek Tol Trans Jawa Akan Menggunakan Dana Pensiun

Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah berencana menggunakan dana pensiun untuk membiayai proyek jalan tol Trans Jawa. Hal ini demi mendorong pembiayaan infrastruktur tanpa menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sehingga ke depan, proyek infrastruktur tidak lagi menggunakan anggaran belanja kementerian dan lembaga (K/L). Pemerintah juga tidak akan lagi menginjeksikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada perusahaan pelat merah.

"Kita akan fokus bagaimana mendorong infrastruktur pembiayaan non APBN. Jadi tidak lagi menggunakan belanja di K/L, tidak lagi menggunakan PMN," katanya ddi Gedung Bina Graha, Jakarta, Jumat (21/10/2016).

Pemerintah sendiri menargetkan tol Trans Jawa dapat terkoneksi dari Jakarta ke Surabaya pada 2018. Untuk mewujudkannya, BUMN yang mendapatkan tugas untuk membangun proyek tersebut tentu membutuhkan modal tambahan.

Masalahnya, kata mantan Wamenkeu ini, perusahaan pelat merah tersebut kekurangan ekuitas untuk menarik pinjaman di bank. Oleh karena itu, mau tidak mau, pemerintah harus mencari akal agar target yang telah ditetapkan tidak molor.

"Maka kalau kita lihat saat ini atau sedang dan akan dikerjakan, dan sudah diserahkan ke BUMN baik itu Wika, Jasa Marga, atau Hutama Karya, untuk pembangunannya membutuhkan tambahan modal. Kalau mereka mampu untuk investasi, loan itu banyak tersedia di bank. Masalahnya adalah mereka kekurangan ekuitas," imbuh dia.

Bambang menyatakan, pemerintah telah memutuskan bahwa ekuitas yang dibutuhkan tersebut akan disediakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, PT Taspen (Persero), dan PT Sarana Multi Infrastruktur. Menurut Bambang, ini adalah pertama kalinya proyek infrastruktur menggunakan dana pensiun.

Pasalnya selama ini, dana-dana pensiun, baik dalam dan luar negeri hanya idle (nganggur) di bank dan diletakkan sebagai deposito atau surat utang negara (SUN). Padahal, dana jangka panjang ini sangat ideal untuk pembiayaan proyek jangka panjang seperti infrastruktur.

"Ini pertama kali kita mendorong dana pensiun masuk langsung ke dalam kepemilikan proyek infrastruktur atau sektor riil. Jadi mereka tidak lagi mengandalkan return dari menaruh deposito di bank atau beli SUN. Jadi mereka masuk proyek riil," terangnya.

Dengan skema ini, tambah mantan Menkeu ini, diharapkan financial closing dapat terjadi pada November atau Desember 2016. "Sehingga 2017, mereka sudah bisa membangun semua ruas, dengan target akhir 2018 Jakarta-Surabaya sudah terkoneksi dengan jalan tol," tandasnya.

Sindonews

Kamis, 20 Oktober 2016

2 Tahun Jokowi-JK: Infrastruktur terbentur-bentur

2 TAHUN JOKOWI-JK

Dua tahun sudah Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) memerintah negeri ini. Selama kurun waktu itu, salah satu fokus pemerintah membangun infrastruktur sebagai pengungkit utama produktivitas dan daya saing nasional.

Untuk mendukung fokus itu, pemerintah memilih proyek infrastruktur bertema konektivitas dan  proyek infrastruktur yang mendorong kemandirian air dan pangan. Untuk proyek konektivitas misalnya, pemerintah mengembangkan sistem transportasi umum terintegrasi dan meningkatkan kapasitas jalan, pelebaran jalan serta pembangunan jalan tol.

Untuk mengurangi ketimpangan ekonomi, setidaknya pemerintah merancang 52 proyek pembangunan jalan tol. Antara lain proyek jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan di Jawa Barat sepanjang 56 kilometer (km), jalan tol Pejagan-Pemalang sepanjang 58 km.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, dalam dua tahun pertama pemerintahan, Jokowi-JK menuntaskan pembangunan beberapa ruas tol antara lain ruas jalan tol Cikopo-Palimanan sepanjang 116,7 km dan ruas tol Pejagan-Pemalang seksi I dan II sepanjang 20 km yang pembangunannya sempat mangkrak sejak tahun 1996.

Selain itu, pembangunan beberapa ruas tol seperti ruas tol Pemalang-Batang, ruas Batang-Semarang, dan Balikpapan-Samarinda juga dimulai. "Harapannya, dalam lima tahun, panjang jalan tol bisa bertambah 1.060 km," ujar Basuki.

Di bidang penyediaan air dan pangan,  salah satu fokus pemerintah adalah membangun 65 waduk dalam lima tahun. Hingga tahun lalu, proyek pembangunan merealisasikan proyek pembangunan 29 waduk dan bertambah menjadi  32 waduk. Salah satu waduk yang kini telah terealisasi adalah Waduk Jatigede di Jawa Barat.

Lahan masih menghambat

Meski begitu, hingga kini, pemerintah masih kerap menemukan ganjalan dalam membangun infrastruktur. Menurut Basuki, salah satu kendala terbesar dalam pembangunan infrastruktur adalah masalah lahan. Basuki bilang, pemerintah kerap kesulitan mendapat lahan yang luas untuk membangun infrastruktur. Untuk proyek waduk atau sarana irigasi misalnya, pemerintah sulit mendapat lahan lebih dari 3.000 hektare (ha) dalam satu hamparan.

Direktur Sumber Daya Air Kementerian PU-Pera Imam Santosa menambahkan, masalah aturan dan birokrasi juga kerap menghambat pelaksanaan proyek infrastruktur. Untuk mengatasinya, kini pemerintah terus memperbaiki birokrasi dan aturan terkait pelaksanaan proyek infrastruktur.

Berbagai aturan juga telah dirilis demi mempercepat pelaksanaan proyek infrastruktur. Antara lain Peraturan Presiden No 3/2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Sumantri Brodjonegoro mengakui, pembangunan infrastruktur pemerintah masih perlu perbaikan, khususnya menyangkut peningkatan peran swasta dan masalah perizinan. "Ini yang akan diperbaiki ke depan," ujarnya.

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menyatakan, pemerintahan Jokowi-JK memang bekerja cepat, namun masih kurang tepat dalam mematuhi tahapan. Alhasil, kini banyak proyek yang sudah diresmikan awal proyeknya (groundbreaking), tapi pembangunannya belum bisa dimulai. "Jadi slogannya jangan hanya kerja cepat, tetapi juga kerja tepat," ujarnya.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Berly Martawardaya juga menyatakan, ketersediaan lahan masih jadi kendala utama. Makanya, "Masalah lahan harus menjadi prioritas untuk dituntaskan agar pembangunan infrastruktur bisa lebih efisien," jelasnya.

Kontan.co.id

Selasa, 18 Oktober 2016

Wah, utang RI ke China membengkak 1.800%

Dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir, utang luar negeri Indonesia kepada China telah membengkak 1.838%. Angka pertumbuhan tersebut menjadi tertinggi di antara lima negara kreditor utang terbesar Indonesia.

Berdasarkan data yang baru saja dirilis Bank Indonesia (BI), per Agustus tahun ini nilai utang Indonesia ke China mencapai US$ 14,24 miliar. Sedangkan sepuluh tahun yang lalu hanya US$ 735 juta.

Utang Indonesia ke negara lain seperti Singapura saja hanya mengalami pertumbuhan 285%. Begitu juga ke Jepang dengan 1,57%. Dibandingkan pesaing terdekatnya yakni Singapura, pertumbuhan utang ke China sembilan kali lipat lebih besar.

Jika dihitung selama lima tahun, maka pertumbuhan utang ke China masih unggul dengan 327%. Disusul Singapura dengan 62,25%. Utang ke Jepang, Amerika Serikat (AS) dan Belanda bahkan turun masing-masing 25,97%, 57,73% dan 34,03%.

Saat ini China masih bertengger di posisi ketiga di antara lima kreditor utang luar negeri Indonesia terbesar. Singapura dan Jepang berada di posisi pertama dan kedua dengan nilai utang US$ 53,59 miliar dan US$ 33,47 miliar.

Utang proyek dari luar negeri banyak yang nganggur

Realisasi pinjaman proyek luar negeri pemerintah masih minim. Data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menunjukkan, dari rencana penarikan pinjaman proyek sebesar US$ 38,9 miliar pada periode 2015-2019, saat ini baru terlaksana US$ 3,34 miliar. 

Penarikan pinjaman proyek luar negeri dipakai untuk membiayai pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang- Dawuan, pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda,  pembangunan jalan tol Manado-Bitung, dan jalan tol Solo- Kertosono.

Total dana untuk membiayai pembangunan empat ruas jalan tol itu sebesar  US$ 775 juta.

Selain itu, utang tersebut untuk membiayai program pembangunan air minum dengan nilai sebesar US$ 350 juta, dan proyek pengembangan perkeretaapian senilai US$ 1,07 miliar.

Sementara itu untuk program pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan senilai US$ 635 juta.

Untuk tahun ini sampai September 2016, data Kementerian Keuangan (Kemkeu) menunjukkan, dari jumlah pinjaman proyek sebesar US$ 2,75 miliar atau setara dengan Rp 37, 18 triliun, realisasinya baru sebesar 41% atau sebesar US$ 1,14 miliar atau sebesar Rp 15,25 triliun. 

Deputi Pembiayaan Pembangunan Bappenas Kennedy Simanjuntak mengatakan, salah satu penyebab rendahnya  realisasi penyerapan utang proyek luar negeri adalah persiapan proyek yang masih terkendala. "Sebenarnya ingin lebih dari itu, tetapi kapasitasnya tidak ada," katanya kepada KONTAN, belum lama ini.

Menurut Kennedy, pemerintah sadar tidak punya kemampuan besar untuk menyerap seluruh pinjaman yang telah direncanakan. Apalagi sampai saat ini, persiapan proyek yang ada masih belum mendukung percepatan penyerapan pinjaman.

Dengan rencana pinjaman sebesar US$ 38,9 miliar pada periode 2015-2019, target penyerapan hanya US$ 5 miliar per tahun.

Walau penyerapan tidak maksimal, namun dalam revisi Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah 2015-2019.

Dalam buku biru atau blue book yang berisi daftar pinjaman pemerintah tersebut, pemerintah menambah utang pembiayaan proyek dari semula US$ 39,8 miliar menjadi US$ 42,27 miliar.

Penambahan utang dilakukan untuk membiayai beberapa proyek infrastruktur. Salah satunya adalah pembangunan infrastruktur terpadu kawasan wisata strategis.

Rencananya, ada tiga proyek kawasan wisata strategis yang akan didanai dengan utang proyek luar negeri, yaitu kawasan wisata Mandalika, Danau Toba, dan Candi Borobudur. "Total rencana pinjamannya, US$ 300 juta," katanya.

Proyek lain yang juga akan mendapatkan pinjaman luar negeri adalah proyek rumah murah yang dijalankan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Rencananya proyek mendapat pinjaman senilai US$ 450 juta. Proyek lain yang juga akan didanai dengan pinjaman adalah proyek Pelabuhan Patimban senilai  US$ 1,7 juta.

Kontan.co.id

Senin, 10 Oktober 2016

Sebagian proyek dibayar tahun depan

Pemerintah akan mengalihkan (carry over) pembayaran dan pelaksanaan proyek infrastruktur 2016 ke tahun anggaran 2017. Langkah itu untuk menyiasati pemangkasan anggaran yang dilakukan pada APBN-P 2016.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani mengatakan, penundaan pembayaran ini tidak akan menghambat pelaksanaan proyek infrastruktur. Yang akan ditunda hanya pembayarannya, sementara pengerjaannya tetap dilakukan.

Namun Askolani enggan mengatakan jumlah anggaran belanja modal yang harus digeser tersebut. Ia beralasan, semuanya masih dibicarakan dengan Kementerian/Lembaga (K/L) terkait.

Adapun semua anggaran belanja modal itu berasal dari proyek infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Kementerian Perhubungan (Kemhub). Dengan demikian, jenis proyek apa yang akan dipangkas tergantung hasil evaluasi dua K/L tersebut.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengaku sudah menerima surat terkait carry over dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. Untuk menindaklanjutinya, pihaknya sedang menyiapkan daftar proyek yang pembiayaannya akan ditunda ke tahun depan.

Dalam memilih proyek yang pas, Basuki sudah membuat kriteria yang harus dipenuhi. "Intinya jangan proyek yang on top yang ditunda," ujarnya, akhir pekan lalu.

Arie Setiadi Moerwanto, Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR menambahkan, berdasarkan identifikasi yang dilakukan direktoratnya, nilai pembayaran proyek yang perlu ditunda pembayarannya sampai APBN 2017 nanti mencapai sekitar Rp 4 triliun. Adapun pembayaran proyek yang ditunda tersebut salah satunya untuk Tol Solo- Kertosono.

"Karena anggaran untuk mereka belum siap diserap sekarang," katanya.

Kebijakan ini memang tidak biasa dilakukan pemerintah. Sebab, seharusnya pelaksanaan anggaran untuk tahun berjalan harus berasal dari APBN tahun berjalan pula. Kecuali kegiatan-kegiatan yang sudah ditetapkan sebagai program multiyears.

Maka pembiayaannya, bisa berasal dari tahun jamak. Nah, karena itu, pemerintah rencananya akan memasukkan klausul khusus dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN 2017 nanti supaya ada ruang yang disiapkan untuk APBN tahun 2017, untuk membiayai proyek tahun 2016.

Direktur Institut for Development of Economic and Fianance (INDEF) Enny Srihartato mengatakan, kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah sudah memperkirakan penerimaan negara hingga akhir tahun akan berada di bawah proyeksi awal.

Kontan.co.id

Jumat, 16 September 2016

Defisit Akan Dikerek Lagi Lebih dari 2,5% PDB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan sinyal akan mengerek lagi outlook defisit anggaran tahun ini setelah sebelumnya menaikkan hingga 2,5% dari produk domestik bruto.

Dalam rapat kerja dengan komisi XI DPR, Kamis (16/9/2016) malam, pihaknya mengaku masih ada potensi shortfall – selisih antara realisasi dan target – beberapa pos penerimaan negara setelah monitoring terus dilakukan.

“Kami akan sampaikan ke Presiden dan akan sidang kabinet besok untuk salah satunya juga adalah usulan bahwa 2016 ini kami akan usulkan ada sedikit pelebaran defisit dengan tetap tidak melebihi 3% seperti diamanatkan Undang-Undang Keuangan Negara,” jelasnya.

Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi yang disampaikan pihak Kementerian Keuangan kepada publik terkait posisi keuangan negara saat ini. Keterangan resmi yang dijanjikan akan terus di-update tiap bulannya berhenti hingga bulan lalu.

Dari data Kemenkeu, hingga minggu pertama Agustus 2016, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp775,2 triliun atau sebesar 43,4% dari target APBNP 2016 Rp1.786,2 triliun. Realisasi belanja negara mencapai Rp1.037,6 triliun atau 49,8% dari pagu APBNP 2016 senilai Rp2.082,9 triliun. Akibatnya, pergerakan defisit sudah mencapai Rp262,5 triliun atau 2,08% terhadap PDB.

Seperti diketahui, sebelumnya, Otoritas Fiskal mengestimasi shortfall penerimaan perpajakan tahun ini sekitar Rp219 triliun. Dengan pemangkasan dan penghematan belanja hingga Rp137,6 triliun, outlook defisit anggaran dikerek dari 2,35% menjadi 2,5% terhadap PDB.

Dengan batasan defisit pemerintah daerah 0,3 terhadap PDB – seperti yang diatur dalam PMK No. 153 /PMK.07 /2015 – defisit pemerintah pusat memang masih bisa dikerek maksimal hingga 2,7 terhadap PDB.

Bisnis.com

Jumat, 09 September 2016

Agar Tidak Sekedar Jadi Pasar

Indonesia adalah pasar yang amat subur bagi bisnis digital. Dengan jumlah pengguna Internet lebih dari 80 juta dan pengguna telepon seluler lebih dari 300 juta sambungan, tidak bisa dibantah bahwa potensi pasar Indonesia memang amat besar. Industri ini bisa tumbuh karena ada infrastruktur yang menopang, ada penyedia konten dan aplikasi yang kreatif, serta ada pengguna yang mendapatkan keuntungan darinya.

Salah satu segmen dalam industri digital yang berkembang pesat –sekaligus sering memicu perdebatan—adalah penyedia layanan over the top atau OTT. Secara harafiah, OTT artinya adalah penyedia layanan “di atasnya yang paling atas”.

Istilah ini biasanya digunakan untuk menyebut penyedia layanan berbasis protokol Internet yang menjalankan usaha dengan memanfaatkan infrastruktur telekomunikasi dan jaringan Internet. Ada OTT yang menyediakan layanan mirip dengan operator telekomunikasi, misalnya dengan layanan suara atau pesan instan di atas jaringan Internet.

Ada penyedia konten baik berbasis teks, gambar, maupun video, hingga streaming dan video interaktif. Ada pula yang merupakan kombinasi dari berbagai layanan komunikasi dan media sosial. Harap maklum, jenis layanan OTT terus berkembang seiring perkembangan teknologi dan kreativitas para pengembangnya. Para penyedia layanan OTT yang terkemuka kebanyakan beroperasi secara global dan lintas negara.

Di Indonesia, layanan OTT tumbuh pesat dan berhasil mengeruk keuntungan yang tidak sedikit. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan para pemain OTT global pada tahun lalu berhasil mengeruk keuntungan hingga US$800 juta atau sekitar Rp10,6 triliun. Angka ini diperkirakan terus meningkat pesat hingga mencapai paling tidak US$1 miliar pada tahun ini. (Bisnis, 8/9)

Harian ini mencatat ada beberapa persoalan yang perlu diperjelas terkait dengan keberadaan OTT dengan pertumbuhan pesat dan keuntungan sangat besar tersebut.

Pertama, hubungan antara penyedia OTT dengan para penyedia jaringan telekomunikasi. Kedua, keberadaan OTT sebagai entitas bisnis global yang beroperasi di Indonesia. Ketiga, posisinya yang seringkali amat memikat pengguna Internet dan sulit digantikan. Keempat, bagaimana menciptakan kondisi yang memungkinkan pemain lokal menggantikan peran OTT global. Hubungan antara penyedia OTT dengan para penyedia jaringan selama ini penuh tarik ulur.

Penyedia OTT bisa menyajikan layanan tanpa membangun jaringan. Padahal, sebagian layanan yang disediakan seperti “menggantikan” atau substitusi atas layanan telekomunikasi yang juga disediakan oleh para penyedia jaringan. Terlebih lagi dengan munculnya berbagai macam layanan yang boros bandwidth sehingga menghabiskan banyak kapasitas jaringan. Ini menimbulkan posisi sulit.

Membuka layanan menimbulkan beban, sementara menutup layanan akan ditinggalkan pengguna. Dalam konteks ini, baik penyedia jaringan maupun penyedia OTT perlu merumuskan pola kerja sama baru yang saling menguntungkan. Perlu ada model bisnis yang tepat agar penyedia OTT tidak semata-mata menjadi disrupsi atas penyedia jaringan atau operator telekomunikasi.

Keberadaan OTT sebagai entitas global yang beroperasi di Indonesia juga persoalan tersendiri. Kementerian Kominfo menginginkan penyedia OTT semacam ini membuat badan usaha tetap dan memiliki kantor perwakilan di Indonesia. Dengan demikian ada kejelasan mengenai pajak dan kewajiban lain sebagaimana perusahaan lain yang beroperasi di Indonesia. Opsi lainnya, meminta perusahaan yang memiliki jutaan pengguna di Indonesia itu untuk menempatkan server di sini.

Harian ini mendukung upaya untuk mendorong OTT global agar memiliki badan usaha dan perwakilan di Indonesia serta menempatkan server di sini. Akan tetapi, tuntutan semacam itu hanya bisa terwujud jika pemerintah memiliki aturan yang jelas yang tidak multitafsir, serta tegas dalam menegakkan ketentuan yang berlaku. Dan di atas itu semua perlu ada visi yang jelas mengenai bagaimana industri digital ini akan dibawa.

Hal lain yang tidak boleh dilupakan adalah mendorong pengembang lokal untuk lebih kreatif dalam menggantikan peran penyedia OTT global. Lingkungan kreatif semacam ini dapat dibangun sejak dari hulu di bidang pendidikan, dukungan teknis melalui berbagai kemudahan dalam mengembangkan bisnis baru di bidang digital, sampai dengan hilirnya berupa insentif yang terkait dengan pembiayaan dan perpajakan.

Skema-skema global dalam pengembangan start up digital dapat digunakan sebagai pembanding dalam merumuskan kebijakan dalam mendorong hadirnya pemain lokal sebagai calon pengganti OTT global. Apabila ini semua dapat dijalankan, harian ini berharap Indonesia tidak sekadar menjadi pasar bagi para pemain global. Kita juga bisa merebut banyak kue dari bisnis digital yang terus berkembang ini.

Bisnis.com

Trans Sumatera: Hutama Karya Dapat Tambahan Penugasan Tiga Ruas

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menerbitkan surat Menteri PU yang secara resmi menugaskan PT Hutama Karya untuk mengerjakan tiga ruas tol tambahan yang masuk dalam jaringan trans Sumatera 2.808 km

Plt Sekretaris Jendral Kementerian PUPR Taufik Widjoyono mengatakan surat Menteri PUPR bertanggal 23 Agustus 2016 menugaskan PT Hutama Karya untuk melaksanakan secara bertahap pengusahaan ruas Jalan tol Banda Aceh—Medan, Padang—Pekan Baru, serta Tebing Tinggi--Prapat

Taufik menilai surat Menteri PUPR tersebut telah memiliki kekuatan hukum yang kuat tanpa perlu mengeluarkan peraturan menteri PUPR lantaran sebelumnya telah dilandasi oleh terbitnya Revisi Peraturan Presiden no 100/2014. Surat itu, lanjutnya belum memerinci hal teknis lainnya terkait mekanisme konstruksi yang diwacanakan supaya ditalangi oleh badan usaha terlebih dulu

Dirinya meyakinkan dengan terbitnya surat menteri tersebut, maka tahun ini dapat berfokus pada kajian dan pematangan desain.

“ Tahun ini kami harus fokus untuk selesai mematangkan desain dulu, kerena pembebasan lahan tak bisa dilakukan tanpa adanya desain. Tahun depan mungkin lahan dan konstruksi,” katanya Kamis (8/9)

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol, Herry Trisaputra Zuna menyebut BUMN karya ini total akan membangun 11 ruas trans Sumatera yang harus terselesaikan hingga 2019 mendatang. 

Dia juga menyebut pembangunan ruas tol Tebing Tinggi—Pematang Siantar—Parapat sepanjang 98,5 kilometer guna mendukung akses ke kawasan pariwisata Danau Toba, Hutama Karya (Persero) akan menggandeng PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT Waskita Karya. Hal itu dimungkinkan karena beban keuangan HK yang memang belum mencukupi.

"Itu yang Tebing Tinggi ke Parapat akan dikeroyok biar lebih cepat sama Jasa Marga dan Waskita. Yang ini skemanya belum, tergantung yang diusulkan oleh Hutama Karya," tandasnya.

Lahan Dua Ruas Dituntaskan Tahun ini

Sementara itu setelah melakukan pembahasan bersama dengan kementerian BUMN, menteri PUPR Basoeki Hadimoeljono menyatakan akan menuntaskan pengadaan lahan pada dua ruas trans Sumatera lainnya yakni Bakauheni--Terbanggi Besar (140 km) serta Terbanggi Besar—Kayu Agung sepanjang 185 km tahun ini

Menurut Basoeki proses pengadaan tahah ruas tol Bakauheuni-Terbanggi Besar sampai saat ini baru mencapai 30%

"Tapi sudah akan selesai semua, Desember ini [pembebasan lahan] akan diselesaikan paling lambat, seperti halnya Trans Jawa,"katanya

Sedangkan untuk ruas Pematang Panggang-- Kayu Agung, Basoeki menyatakan akan melakukan penyesuaian atas permintaan Gubernur Lampung 

“Gubernur minta karena ada rute yang nabrak perumahan, maka itu harus dibelokkan sekitar 500 meter. Itu sudah oke kok,”imbuhnya

Direktur Utama PT Hutama Karya I Gusti Ngurah Putera mengatakan pembebasan lahan akan menggunakan dana talangan. Pihaknya memproyeksikan kebutuhan dana talangan untuk keseluruhan ruas trans sumatera sisi selatan mampu mencapai Rp3,4 triliun

“ Dan talangan pasti, APBN kan belum ada,”imbuhnya.

Bisnis.com

Kamis, 25 Agustus 2016

Menghindari Kepunahan Industri Baja RI


Pertemuan para produsen baja se-Asean akhir Mei lalu di Vietnam menyisakan pertanyaan mendalam tentang masa depan industri baja kawasan termasuk Indonesia setelah melihat gambaran kinerjanya tahun lalu.

Asosiasi Baja Dunia melaporkan bahwa China sangat mendominasi produksi baja dunia. Dari total produksi baja kasar dunia tahun lalu 1.600 juta ton, separuhnya produksi Negeri Tirai Bambu. Sementara itu, Asean-6 (Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, Vietnam dan Singapura) dengan tingkat konsumsi 70 juta ton per tahun dan pertumbuhan 5,1% per tahun, hanya mampu memproduksi 29 juta ton, dengan pertumbuhan hanya 4,4 %. Kenyataannya produsen Asean hanya mampu mengisi 29% konsumsi domestiknya dan 49 juta ton sisanya diimpor. Skala produksi Asean hanya 3,6% dari China, sehingga daya saing terhadap China hampir tidak ada.

Seperti halnya rekan seAsean, Indonesia dengan tingkat konsumsi baja hanya 11,4 juta ton per tahun, di bawah Vietnam dan Thailand, sama tidak berdayanya. Negara kita meng impor 6,5 juta ton tahun lalu, atau lebih dari 50% total kebutuhan. Situasi seperti ini sudah terjadi menahun dan karena pertumbuhan impor selalu lebih besar dari pertumbuhan produksinya, mudah diramalkan bahwa in dustri baja RI maupun Asean sangat tertekan hari ke hari.

Indonesia maupun negara Asean sudah mengenakan instrumen anti dumping untuk berbagai kategori baja karbon, tetapi perlambatan impor belum terlihat nyata. Di lain pihak China telah mengenakan pajak ekspor 15% – 25% untuk bahan/semi-finished baja karbon, sehingga pengguna membeli lebih mahal, tapi baja batangan paduan tidak dikenakan. Bah kan paduan diberikan tax rebate 13%.

Secara ‘cerdas’ produsen China membubuhkan elemen boron 0,0008% atau chromiun 0,3%, agar terklasifikasi baja paduan hingga dapat mengecap kedua fasilitas tersebut, padahal secara metalurgi tidak meningkatkan sifat mekanis ataupun kimianya. Berbeda untuk baja karbon, Asean mengenakan tarif impor baja paduan kecil nyaris 0%, karena baja jenis ini bahan baku industri permesinan. Di tengarai sepanjang 2015 sekitar 4 juta ton bahan terklasifikasi jenis ini masuk ke Asean, sehingga volume ekspor ke Asean tahun lalu meningkat 28%.

Produsen baja seperti halnya Asean memang harus berhadapan head to head dengan China karena jenis dan kualitas baja yang dihasilkan sama, yaitu baja komersial untuk infrastruktur. Indonesia dengan produksi bajanya yang tak lebih dari 0,5% China hanya mendapat perlindungan yang minim dari pemerintah, di bandingkan dengan produsen Negeri Panda dengan kapasitas raksasa serta bantuan penuh negaranya untuk ekspor. Persaingan dengan produsen Jepang atau Korea Selatan tidak seketat dengan China karena produk dan kualitas yang diekspor berbeda.

Tekanan serupa dialami industri baja RI sehingga utilisasi pabrik hanya rata-rata 50% dan sudah berlangsung lebih dari 5 tahun. Tahun lalu lebih diperberat karena harga baja dunia hanya US$325/ton turun 37% dari tahun sebelumnya, rekor terendah selama 10 tahun terakhir, di samping pasar yang menyusut.

Bila keadaan seperti ini terus berlanjut sehingga perusahaan terus merugi, dapat diramalkan tidak lama lagi satu demi satu produsen baja akan berguguran. Lebih jauh karena biaya listrik dan gas yang luar biasa mahalnya di negara kita, beberapa produsen berhenti memproduksi baja kasar, dan mengimpor bahan baku seperti slab, billet dan lain-lain. Celakanya bahan baku tersebut awalnya yang murah hanya diperoleh dari China, karena bahan baku baja bukan komoditas yang umum diperdagangkan, harga adalah kesepakatan penjual dan pembeli.

Nah, inilah buah simalakamanya, dengan China menerapkan pajak ekspor bahan baku, ongkos produksi di dalam negeri tidak bisa lagi tertutup oleh hasil penjualan. Maka bagaimana produsen Indonesia mencari jalan keluar? Tak lain menjadi pengimpor, dan menjadi berdagang produk baja, mungkin banyak sudah yang melupakan berproduksi. Sungguh ini merupakan awal bencana bagi industri baja kita.

Baja adalah lambang ketahanan industrialisasi suatu negara, dengan konsumsi per kapita per tahun RI hanya 45 kg, di bawah Asean 125 kg, dan jauh di bawah Korsel yang sudah mencapai 1.136 kg, sebenarnya peluang industri sangat besar untuk terus berkembang. Kebutuhan untuk pembangunan infrastruktur akan sangat besar ke depan. Negara maju seperti AS, Jepang tetap dengan segala upaya melindungi industri ini, karena baja sangat dibutuhkan bagi pembangunan serta ketahanan negara dalam memproduksi peralatan militer dan sebagainya.

JALAN KELUAR

Pertama-tama produsen harus lebih berjuang keras meningkatkan intensitas efisiensi di segala lini, menekan biaya, meningkatkan kualitas, serta melakukan terobosan inovasi memproduksi baja bernilai tambah lebih tinggi untuk bahan baku produk high-end di luar sektor konstruksi. Strategi menggandeng EPC company untuk masuk ke proyek strategis harus menjadi keniscayaan, dan industriawan baja harus berupaya keras untuk tidak hanya bermental pedagang.

Kedua, saatnya pemerintah dan rakyat Indonesia sendiri yang harus menolong agar ne geri ini bisa tetap memiliki industri baja dan me laksanakan proses industrialisasi ke depan.

Pemerintah harus cepat tanggap memfasilitasi produsen dari serangan impor melalui instrumen perdagangan dengan proses yang sesingkat mungkin. Lupakan prosedur WTO bahwa proses bisa sampai 18 bulan untuk menginvestigasi kecurangan dagang, laksanakan jangan lebih dari 3—4 bulan. Hilangkan ambigu keputusan antara membela sektor hulu atau sektor pemakai baja. Asumsi melindungi industri baja merugikan konsumen pemakai tidak terbantahkan, tetapi bila industri baja Indonesia punah, dan menjadi pengimpor 100%, pemerintah harus rela bahwa bisnis baja kelak menjadi tidak terkendali dan menjadi importer game.

Otoritas pelabuhan harus dilatih untuk mengenal praktik pelarian nomor harmonized system, agar baja karbon tidak diklasifikasi sebagai baja paduan. Kalau tidak mampu terapkan pre-inspection dari negara asal oleh surveyor pemerintah. Dan kenakan penalti yang berat terhadap pelanggar ketentuan jangan hanya sanksi administrasi. Terapkan secara tegas ketentuan penggunaan produk baja dalam negeri dalam proyek-proyek pemerintah, termasuk proyek KKKS Migas. Ajakan-ajakan menggunakan produk dalam negeri sekarang sudah terdengar sepoi-sepoi harus diintensifkan. Masukkan dalam kurikulum sekolah.

Tidak kalah penting adalah keberpihakan pemerintah untuk memberikan harga listrik dan gas yang bersaing pada industri khususnya baja yang sangat lahap energi. Singapura sebagai contoh memberikan tarif listrik yang lebih tinggi bagi sektor perumahan atau mal karena dianggap bukan sektor produktif. Dan sangat ironis kalau gas untuk industri di Korea yang seluruhnya diimpor, ternyata lebih murah dari pada di Indonesia.

Terakhir, sudah saatnya masyarakat membantu para produsen Indonesia untuk bangkit, dengan mengutamakan produksi dalam negeri, terutama baja.

*) AGUS TJAHAJANA WIRAKUSUMAH, Mantan Dirjen Industri Logam Mesin Elektronika dan Aneka, Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

                                          ----------------------------+++-------------------------




BANJIR PRODUK MURAH: Industri Baja Terhimpit China

Industri baja nasional kian terjepit akibat masih membanjirnya produk baja dari China berharga murah yang diperkirakan mencapai hingga tujuh juta ton.

Direktur Eksekutif IISIA Hidayat Triseputro mengatakan total komitmen produsen baja China mengurangi produksi hingga sekarang tidak dijalankan. Ekspor China ke seluruh dunia mencapai 112 juta ton, sekitar 32 juta ton ke Asean, dan sekitar 7 juta ton ke Indonesia.

Dia menuturkan hal tersebut membuat negara Eropa geram karena menurut catatannya, produksi baja mentah China hingga Maret 2016 mencapai 77 juta ton atau meningkat 2,9% dari Maret tahun lalu. “Ini bukan kami merengek-rengek. Semua negara mengatakan hal yang sama. Ini adalah perang dagang. Jangan sok menjadi good boy ,” ujarnya saat ditemui di sela pembukaan pameran industri logam di kantor Kementerian Perindustrian, Rabu (24/8).

International Relations Director Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) Purwono Widodo menambahkan produsen baja Indonesia akan sulit bersaing dengan produk baja asal China karena negara itu telah menikmati margin hingga 28% yang berasal dari pelaksanaan kebijakan tax rebate yang mencapai 9%-13% dan bea masuk yang mestinya ditetapkan sebesar 15% menjadi hapus.

Asean South East Asia Iron & Steel Institute, asosiasi besi dan baja Asean, pada awal tahun ini melaporkan bahwa pemerintah China telah menghapus fasilitas tax rebate untuk beberapa produk baja lapis boron untuk hot rolled plate, baja lembaran, hot rolled narrow , wire rod dan baja batang-an sejak 2015. Namun, hal itu disiasati produsen China dengan memproduksi barang baru.

“Produsen baja China dilaporkan menambah elemen paduan lain seperti kromium agar produk yang dihasilkan terus mendapatkan keuntungan dari fasilitas tax rebate,” ujarnya.


KEUNTUNGAN

Selain mendapatkan fasilitas tax rebate , dengan mengekspor baja paduan atau campuran, lanjutnya, China akhirnya bisa terhindar dari bea masuk sebesar 15% yang dikenakan pada produk baja karena baja paduan mengandung kadar boron, bea masuknya 0%. “Jadi mereka sudah mendapat keuntungan 28%.” Purwono mengatakan kondisi itu, diperparah dengan menyusulnya negara seperi Korea Selatan dan Jepang yang juga mematok harga mirip dengan China. Pelaku industri baja sangat mengharapkan pemerintah memproteksi pasar domestik.

Menurutnya, proteksi yang paling umum bagi industri baja yang juga sudah diterapkan Indonesia antara lain menggunakan tarif, tapi dengan berlakunya most fovoured nation (MFN) proteksi tidak akan mumpuni. “Dengan China kita terikat dengan perjanjian China Free Trade Agreement , dengan Korea ada Asean-Korea, dengan Jepang ada IJEPA, artinya percuma. Satu-satunya adalah trade remedies bisa anti dumping, safeguard atau minimum import price ,” ujarnya.

Setelah selama tiga tahun terakhir produksi baja stagnan, pebisnis mendesak pemerintah segera mem- bangun fasilitas produksi lanjutan. Purwono menyebutkan batas persentase impor baja maksimum 30% bagi kestabilan negara, bahkan idealnya 20%. “Harus ada Cilegon kedua danCilegon ketiga misal di Banyuwangi atau di Kalimantan dan Sulawesi biar biayanya lebih rendah karena daerah timur juga masih butuh banyak baja,” imbuhnya.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian mengatakan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan tiga jenis baja yang akan dikenai bea masuk anti dumping (BMAD). Ketiga jenis baja tersebut antara lain hot rolled coil (HRC), cold rolled coil (CRC), dan colled rolled stainless steel (CRS). “Nanti masih kami rapatkan wak tu itu mereka mengajukan tapi waktunya sudah habis. Me mang ketiga jenis baja itu yang paling berpengaruh jadi kalau tidak diproteksi, industri bisa terganggu,” katanya.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan juga telah memperpanjangtiga tahun pemberlakuan BMAD terhadap impor HRC asal China, Singapura, dan Ukraina. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.50/PMK.010/2016 yang terbit pada Maret lalu. Tarif tertinggi BMAD dikenakan atas impor hot rolled plate dari Singapura, yakni sebesar 12,5%. Sedangkan tarif BMAD untuk produk serupa dari Ukraina ditetapkan sebesar 12,33% dan China sebesar 10,47%.



Bisnis.com

Senin, 11 Juli 2016

Tiga Proyek Mercusuar di Kota Malang Dihentikan

Tiga proyek mercusuar yang digarap Pemerintah Kota Malang dipastikan berhenti. Penghentian proyek ini ditegaskan oleh Wali Kota Malang Mochamad Anton pada Senin (11/7). Ketiga proyek tersebut meliputi pembangunan jembatan Kedungkandang, gorong-gorong sistem "jacking", dan gedung Islamic Center.

Anton mengatakan hari ini ia akan bertemu dengan tim anggaran proyek untuk menerima laporan. Menurutnya polemik yang melilit ketiga proyek tersebut membuat pembangunan tidak efektif. "Lebih baik dana diarahkan ke infrastruktur lain dan pendidikan," ungkapnya.

Pembangunan jembatan Kedungkandang terhenti karena adanya masalah hukum dengan kontraktor lama PT Nugraha Adi Taruna akibat penyelewengan dana jembatan.  Semula pembangunan jembatan akan dikerjakan selama tiga tahun mulai 2016 sampai 2018. Sumber dana pembangunan berasal dari APBD sebesar Rp 90 miliar atau setiap tahun dikucurkan Rp 30 miliar. Anggaran tersebut menggelembung dari yang semula Rp 79 miliar menjadi Rp 90 miliar.

Pada proyek gorong-gorong, kontraktor PT Citra Gading Asritama saat ini tengah mengajukan kasasi di Mahkamah Agung. Proyek ini masuk ke ranah hukum karena kontraktor mengajukan gugatan ke Pengadilan  Negeri Malang.

Gugatan tersebut dilayangkan karena Pemkot Malang tidak mau membayar sisa biaya pembangunan sebesar Rp 14 miliar dengan dalih kontraktor melanggar kesepakatan. Sampai saat ini, proyek masih terbengkalai.

Anggaran untuk melanjutkan pembangunan gorong-gorong sistem "jacking" sepanjang di Jalan Tidar hingga Jalan Bondowoso menelan Rp 16 miliar. Sebelumnya, proyek tersebut sudah menghabiskan anggaran sekitar Rp 20 miliar.

Pembangunan Islamic Centre diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 100 miliar. Pemkot Malang berencana membangun Islamic Center di area seluas 8,5 hektar di Jalan Mayjen Sungkono atau selatan GOR Ken Arok Kedungkandang. Akan tetapi  belakangan lokasi pembangunan dipindah ke Kelurahan Arjowinangun Kedungkandang.

Lokasi Islamic Center menjadi sorotan lantaran lahan di kawasan GOR Ken Arok masih terjadi tarik ulur dengan salah satu mantan anggota dewan era 1998. Kondisi ini dianggap mengganggu proses pembangunan.

Republika

Pengangguran Sarjana

Oleh Grienda Qomara, Alumnus Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Gelar sarjana tidak menjamin seseorang untuk mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2014, di Indonesia ada 9,5 persen (688.660 orang) dari total penganggur yang merupakan alumni perguruan tinggi. Mereka memiliki ijazah diploma tiga atau ijazah strata satu (S-1) . Dari jumlah itu, penganggur paling tinggi merupakan lulusan universitas bergelar S-1 sebanyak 495.143 orang. Ternyata yang paling banyak menanggur di Indonesia bukan lulusan SMA ke bawah melainkan lulusan perguruan tinggi.

Berdasarkan hasil studi Willis Towers Watson tentang Talent Management and Rewards sejak tahun 2014 mengungkap, delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi yang siap pakai. Fakta ini menunjukkan banyaknya sarjana yang tidak terserap dunia kerja. Yang ada kemudian adalah masih diadakan pelatihan seperti management trainee bagi lulusan oleh perusahaan.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa banyak lulusan perguruan tinggi yang tidak mendapatkan pekerjaan?

Setidaknya ada tiga alasan yang bisa menjelaskan fenomena ini. Pertama adalah banyaknya sarjana yang tidak memiliki kemampuan wajib sebagai seorang lulusan universitas. Richard Arum dalam bukunya yang berjudul Academically Adrift: Limited Learning on College Campuses mengatakan bahwa ada tiga kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh seorang sarjana.

Pertama adalah kemampuan berfikir kritis, yakni kemampuan untuk memeriksa validitas, reliabilitas, dan konsistensi logika atas sebuah informasi. Kedua adalah kemampuan komunikasi, yakni kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan ini meliputi berbicara, mendengar, menyimak, dan menempatkan diri dalam interaksi. Ketiga adalah kemampuan menulis, yakni kemampuan untuk menuliskan gagasan, ide, dan informasi dalam alur yang logis, mudah dipahami, dan relevan terhadap masalah.

Banyak sarjana di Indonesia tidak memiliki ketiga kemampuan ini. Dalam kemampuan berfikir kritis misalnya, banyak sekali lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang sangat lemah dalam memeriksa validitas dan reliabilitas, alur logika, dan relevansi sebuah informasi yang ada di hadapan mereka.

Ketika disodori sebuah permasalahan dalam dunia kerja, mereka tidak mampu mengurai masalah, mencari akar masalah, membedakan antara fakta, opini, pengalaman, kepercayaan dan hasil observasi dalam masalah tersebut. Akhrinya mereka tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Rendahnya kemampuan untuk menyelesaikan masalah ini menunjukkan gagalnya pendidikan tinggi kita hari ini.

Hal ini selain disebabkan oleh rendahnya minat baca dan pendidikan yang tidak menekankan pada kemampuan berfikir kritis. Rendahnya minat baca ini disebabkan oleh pendidikan dasar hingga menengah atas yang menekankan pada hafalan daripada penalaran.

Dalam soal ujian misalnya para siswa akan dituntut untuk menyebutkan jawaban ketimbang menyelesaikan masalah. Dalam ilmu sains para siswa akan dipaksa untuk menghafal rumus tanpa paham konteks dan makna rumus tersebut. Ketika memasuki lingkungan kampus, para lulusan SMA ini masih membawa mental penghafal dan malas berfikir ini ke dalam proses belajar.

Para lulusan kurang memiliki kemampuan menulis dengan baik. Ini adalah hasil dari pendidikan dasar hingga menengah atas yang kurang mendidik siswa untuk menulis, mengelaborasi, mengarang, dan menyusun tulisan secara logis dan runut. Ketika banyak tugas menulis di kampus, mahasiswa seringkali melakukan salin-tempel tulisan orang lain. Alasannya selain karena lemahnya kemampuan menulis juga sifat suka terhadap hal yang instan melalui ketersediaan informasi di internet. Ketika lulus, para sarjana akan sulit untuk menuangkan gagasan mereka dalam tulisan. Hasil tulisan mereka biasanya tidak logis, tidak menjawab pertanyaan, tidak memiliki gagasan yang utuh dan banyak terdapat kalimat yang rancu.

Ketidakmampuan dalam berfikir kritis untuk menyelesaikan masalah dan menulis ini ditambah dengan rendahnya kemampuan berkomunikasi dari para sarjana. Massalisasi pendidikan yang tidak diikuti dengan perekrutan dosen yang seimbang dengan mahasiswa membuat proses pembelajaran tidak efektif.

Proses diskusi, tanya jawab, argumentasi, dan komunikasi yang intens dalam kelas tergantikan dengan proses ceramah satu arah oleh dosen. Pendidikan yang seharusnya berlangsung interaktif menjadi seminar-seminar di kelas besar. Mahasiswa kemudian jarang untuk bertanya dan melakukan presentasi.

Hasilnya adalah rendahnya kemampuan berkomunikasi di kalangan lulusan perguruan tinggi. Mereka tidak mampu merumuskan pertanyaan dengan tepat, mengemukakakan pendapat, menjembatani berbagai pihak, menyimak, dan berdiskusi. Mereka akan terlihat gugup dan malu-malu dalam simulasi kelompok diskusi terfokus yang ada pada proses rekrutmen karyawan perusahaan.

Lemahnya kemampuan lulusan perguruan tinggi dalam tiga hal ini membuat mereka tidak banyak terserap di dunia kerja. Pengangguran ini pada gilirannya akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di negara. Karena sejatinya kemajuan negara tidak ditentukan oleh sumber daya alam dan luas wilayahnya melainkan dari seberapa kompetitif sumber daya manusianya. Dalam dunia yang semakin lintas batas ini kompetisi berlangsung secara global. Mereka yang tidak kompetitif akan tertinggal.

Salah satu jalan untuk menjadi negara yang kompetitif adalah dengan memperbaiki mutu pendidikan tinggi kita. Bukan dengan mengganti rektor di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dengan rektor asing sebagaimana diutarakan Presiden Jokowi. Karena itu merupakan manifestasi dari mental inlander.

Ini juga merupakan tamparan bagi para rektor yang saat ini menjabat. Pemerintah seharusnya dapat melakukan intervensi melalui Kemenristekdikti dalam pemilihan rektor. Karena banyak sekali pertimbangan politis dan sifat yang medioker dalam pemilihan rektor. Hasilnya adalah kemampuan manajemen yang buruk dari para rektor. Pada gilirannya perguruan tinggi akan gagal menjadi center of excellence. Para lulusannya seperti buih di lautan. Banyak tapi tidak berkualitas.

Republika.co.id

Jokowi Pastikan Pelabuhan Patimbang Pengganti Cilamaya

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan Patimbang, Subang, Jawa Barat merupakan lokasi paling cocok untuk menggantikan Cilamaya sebagai pelabuhan internasional pertama di Provinsi Jawa Barat. Pelabuhan Patimban direncanakan memiliki kapasitas petikemas 7,5 juta twenty foot equivalent units (TEUs) pada 2037 guna meningkatkan efisiensi transportasi dan logistik di wilayah utara Jawa.

“Kami sudah menemukan di Patimbang, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Lokasi yang paling sesuai sebagai pengganti Cilamaya,” kata Presiden Jokowi saat memimpin rapat terbatas Kabinet Kerja di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (2/5).

Kepala Negara berharap keberadaan Pelabuhan Patimbang nantinya dapat mempersingkat jalur distribusi dan lalu lintas barang maupun jasa yang selama ini melalui jalur darat. “Jarak tempuh jalur darat terlalu jauh untuk sampai ke Jakarta, Semarang, dan Surabaya,” jelas dia.

Jokowi pun menuturkan perlunya dibangun pelabuhan alternatif mengingat pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada itu semakin padat, seperti di Tanjung Priok, Tanjung Mas dan Tanjung Perak di Surabaya.

Dalam rapat itu, Jokowi juga meminta kepada sejumlah menteri untuk memaparkan kelayakan pembangunan Pelabuhan Patimbang dari aspek teknis, hukum, dan skema pendanaan. Jokowi pun mengungkapkan, pada awalnya pemerintah akan membangun pelabuhan di Cilamaya.

Namun rencana itu dibatalkan karena dinilai berpotensi mengganggu infrastruktur minyak dan gas (migas) serta fasilitas lainnya yang ada di daerah itu. “Pemerintah akhirnya mencari lokasi lain sebagai alternatif di luar daerah Cilamaya,” kata Presiden.
---------------------------------------------------

Jonan: Pembangunan Patimbang Dimulai Tahun Depan

Di sisi lain, Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan menyatakan pelabuhan internasional Patimbang dimulai pembangunannya pada tahun depan. Dia berharap proyek tahap I pelabuhan dapat dioperasikan mulai 2019.

“Rencana pembangunan dimulai pada 2017, apabila disetujui skema pembiayaan antarpemerintah. Pada 2019 diharapkan untuk tahap I bisa mulai beroperasi,” katanya.

Pada tahap I, lanjut Jonan, Pelabuhan Patimbang akan dapat menampung petikemas hingga mencapai 1,5 juta TEUs dari total 7,5 juta TEUs yang diproyeksikan. Selain itu, di lokasi Pelabuhan Patimbang tersedia pelataran parkir yang dapat menampung hingga 250 ribu unit kendaraan.dia.

“Jadi ini adalah terminal kendaraan. Kalau terminal kendaraan itu kira-kira luasnya empat kali lipat dari kapasitas, kalau dalam bentuk kontainer. Sebab kendaraan tidak bisa menumpuk,” jelas Menhub.

Jonan menambahkan, keberadaan pelabuhan internasional di Jawa Barat sangat mendesak untuk mendukung aktivitas ekspor dalam jumlah besar dari kawasan industri yang tersebar di Cikarang, Karawang, dan sekitarnya. Pelabuhan itu akan terintegrasi dengan kawasan industri yang berlokasi di daerah Cikarang, Karawang, Cikampek hingga Purwakarta.

“Industrialisasi yang besar di daerah Jawa Barat, pelabuhannya tidak cukup walaupun ada ekspansi di Tanjung Priok,” kata dia.
--------------------------------------------------------

Pemerintah Siap Gelar Lelang Internasional

Sementara itu, pemerintah menyatakan siap menggelar lelang internasional untuk pembangunan Pelabuhan Patimbang, Subang, Jawa Barat senilai sekitar Rp 39 triliun atau US$ 3 miliar. Jepang dan Belgia tercatat merupakan dua negara yang telah meminati proyek pengganti Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat tersebut.

“Bisa konsorsium asing asalkan komposisinya 49% asing, 51% kita,” kata Direktur Kepelabuhanan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Mauritz H Sibarani di Jakarta, Senin (25/4).

Lebih jauh, Jepang sudah menyampaikan minatnya untuk membangun pelabuhan tersebut. Keseriusan Jepang, lanjut dia, ditandai dengan kunjungan Direktur Jenderal Perhubungan Kementerian Transportasi Jepang ke lokasi rencana pembangunan Pelabuhan Patimbang. 

“Secara informal dan surat formal mereka sudah menyampaikan keinginannya, tetapi kami harus menghormati prosesnya harus ke Bappenas terlebih dulu dan lain-lain,” ujar dia.

Menurut dia, pembangunan pelabuhan ditargetkan dimulai 2019 dan bisa beroperasi pada 2027. Mauritz sebelumnya mengatakan Jepang bersedia untuk memberikan pinjaman senilai Rp 34,90 triliun dari total dana pembangunan yang mencapai Rp 43,22 triliun, sementara itu dana pendamping sebesar Rp 8,32 triliun.

Investor Daily

Minggu, 10 Juli 2016

11 Pasal UU Tax Amnesty Akan Digugat Ke MK

Ketua Yayasan Satu Keadilan Sugeng Teguh Santoso mengatakan telah menyiapkan 11 pasal yang akan digugat untuk diuji materi di Mahkamah Konstitusi (MK), yakni Pasal 1 ayat 1 dan 7, pasal 3 ayat (1), (3) dan (5), pasal 4, pasal 11 ayat (2) dan (3), pasal 19, pasal 21, pasal 22, dan pasal 23.

"Kami gugat 11 pasal. Sebetulnya kalau pasal 1 ayat (1) dibatalkan, seluruh jiwa dari UU itu batal semuanya," ujarnya dalam konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta, Minggu (10/7/2016).

Gugatan tersebut akan dilayangkan oleh Yayasan Satu Keadilan (YSK) bersama Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) selambat-lambatnya 30 hari setelah UU tersebut disahkan DPR, yakni 29 Juli 2016.

Mengingat setelah 30 hari UU Tax Amnesty disetujui bersama oleh DPR, tanpa atau dengan tanda tangan presiden, UU tersebut telah sah menjadi UU dan wajib diterapkan.

Sugeng juga menyoroti Pasal 22 di dalam UU Tax Amnesty. Di situ diatur impunitas atau kebal hukum terhadap pejabat yang berwenang melaksanakan pengampunan pajak.

Dia menduga pasal tersebut dicantumkan karena khawatir kebijakan ini dipermasalahkan melalui jalur hukum oleh rezim selanjutnya. Padahal dengan mencantumkan pasal itu berpotensi menimbulkan penyalahgunaan kekuasaan oleh rezim yang berkuasa saat ini.

21 Alasan Undang-Undang Tax Amnesty Bakal Digugat

Sugeng mengatakan pihaknya memiliki 21 alasan untuk menggugat Undang-undang yang baru disahkan pada 28 Juli 2016 tersebut. Menurut dia, Undang-undang Tax Amnesty patut digugat lantaran:

1. Merupakan praktek legal pencucian uang.

2. Merupakan karpet merah bagi pengemplang pajak.

3. Merupakan prioritas terhadap penjahat kerah putih.

4. Memberikan diskon habis-habisan terhadap pengemplang pajak.

5. Menggagalkan program whistleblower.

6. Menabrak prinsip keterbukaan informasi.

7. Dimanfaatkan oleh penjahat perpajakan.

8. Tidak akan efektif seperti pengampunan pajak yang berlaku pada 1964 dan 1986.

9. Menghilangkan potensi penerimaan negara.

10. Merupakan penghianatan terhadap warga miskin.

11. Mengajarkan rakyat untuk tidak taat pajak.

12. Memarjinalkan pembayar pajak yang taat.

13. Pajak bersifat memaksa.

14. Aneh bin ajaib karena hanya berlaku satu tahun.

15. Pengesahan UU Tax Amnesty memposisikan Presiden dan DPR sebagai pelanggar konstitusi.

16. Menabrak prinsip kesetaraan di hadapan hukum.

17. Mengintervensi San menghancurkan proses penegakan hukum.

18. Cermin kelemahan pemerintah terhadap pengemplang pajak.

19. Melumpuhkan institusi penegak hukum.

20. Diduga sebagai pesanan pengemplang pajak karena memberikan hak eksklusif bagi pengemplang pajak.

21. Membuat proses hukum pajak yang berjalan menjadi tertunda.

Bisnis.com
Tempo.co

Tol baru dalam sinisme kemacetan arus mudik

Langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meresmikan dan membuka jalan tol Pejagan-Brebes Timur dalam perkembangannya menuai banyak anggapan miring.

Keputusan untuk menjadikan jalan tol sepanjang 20 km itu sebagai jalur mudik tahun ini dianggap sebagai kebijakan yang serba tergesa-gesa dan dipaksanakan.

Masyarakat seakan dipenuhi euforia dan harapan untuk melalui jalur mudik tersebut tanpa macet seperti tahun-tahun biasanya.

Euforia serupa itu alhasil menghasilkan kemacetan yang luar biasa saat puncak arus mudik hingga menjadi bahan empuk untuk "menyerang" pemerintah dari berbagai sisi.

Maka Presiden Jokowi pun lagi-lagi menjadi pihak yang dianggap paling bersalah atas layanan arus mudik yang dianggap "gagal" tahun ini.

Kejadian itu diperparah dengan konfirmasi meninggalnya beberapa orang di jalur mudik yang kemudian dikaitkan dengan kondisi macet parah tersebut.

Perjalanan mudik tahun ini pun dianggap penuh dengan kegagalan.

Dalam berbagai lini media sosial, Presiden Jokowi dituntut untuk meminta maaf karena dianggap telah gagal menangani kemacetan pada musim mudik lebaran tahun ini.

Dapat Dikendalikan

Merespon kondisi itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) justru menyebutkan arus mudik tahun ini tergolong masih dapat dikendalikan dari beberapa indikator yang diperhatikannya.

"Saya kira baik, misalnya yang dari Merak Bakauheni dapat dikatakan lancar, bagus. Memang yang ke timur ada satu tempat saja yang bermasalah, dan itu sudah saya sampaikan dan perkirakan sebelumnya. Tapi saya kira kalau dibandingkan tahun lalu jauh sekali bedanya," kata Presiden Jokowi.

Menurut dia, jumlah pemudik tahun ini meski kenaikannya melonjak signifikan tapi masih dalam posisi yang bisa dikendalikan.

Mantan Gubernur DKI itu mengetahui fakta kemacetan parah di Brebes Exit (Brexit) sehingga ia berjanji akan merampungkan proyek pembangunan infrastruktur terutama jalan tol yang tersisa untuk mencegah kemacetan terulang kembali di ruas jalan tol Pejagan-Brebes Timur.

Pemerintah dikatakannya akan segera menyelesaikan pembangunan infrastruktur jalan tol yang tersisa untuk mencegah kemacetan tersebut terulang kembali di waktu yang akan datang.

Tol yang baru diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada pertengahan Juni 2016 itu diakuinya memang menjadi salah satu ruas tol yang paling banyak digunakan para pemudik lebaran di tahun ini.

"Pintu-pintu tol yang di tengah sudah dihilangkan, tetapi tetap diakhirnya tetap harus ngantri. Nanti kalau itu sudah tersambung dari Batang ke Semarang, Semarang ke Solo, Solo ke Ngawi, Ngawi ke Kertosono, semua tersambung semua akan lancar," katanya.

Mudik lancar dan balik tanpa kemacetan adalah harapan semua. Namun untuk menuju impian tersebut bukan semata tanggung jawab pemerintah.

Menjadikan kemacetan sebagai alat untuk menyerang dan mengritik pemerintah juga bukan solusi yang lantas merampungkan persoalan.

Boleh jadi ruas tol Pejagan-Brebes Timur tahun ini belum mampu memenuhi harapan bebas macet bagi para pemudik sebagaimana disampaikan Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno.

Namun keberadaan tol yang merupakan bagian dari Trans Jawa tersebut semakin tidak terelakkan.

Djoko yang juga Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu mengatakan ruas tol Pejagan-Brebes Timur masih gagal memenuhi harapan terpangkasnya kemacetan saat arus mudik Lebaran.

Terbukti, pemudik perlu berjam-jam untuk menempuh jalan bebas hambatan sepanjang 29,3 kilometer tersebut.

"Dampaknya, waktu tempuh menjadi lebih lama, antrian kendaraan macet lebih panjang. Jarak 20, 3 kilometer Pejagan-Brebes Timur mininal ditempuh 5 jam 30 menit," katanya.

Hal itu berarti, kata Djoko, propaganda tol mengatasi kemacetan tidak berhasil.

"Desain pintu keluar di Pantura juga jadi penyebab macet. Harus dirancang tanpa traffic light dengan membangun interchange," katanya.

Macetnya Brebes juga menurut Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Hemi Pamuraharjo lebih disebabkan karena volume kendaraan yang sangat tinggi dan di luar kapasitas jalan yang membuat antrian tol menjadi sangat panjang.

Penyebab kemacetan berikutnya adalah antrian di pom bensin Pertamina dekat pintu tol Brebes Timur, ujar Hemi.

Namun, apapun bentuknya, kemacetan tetaplah bukan sesuatu yang tepat dijadikan alasan untuk saling menyerang dan menyalahkan.

Sebab infrastruktur yang baik ditunjang pula oleh peran serta seluruh rakyat Indonesia, bukan dari sinisme dan apatisme yang berlebihan.

Antaranews.com
Bisnis.com

Sabtu, 09 Juli 2016

Proyek Tol Pekanbaru Disiapkan Tampung Dana Repatriasi

“Jadi repatriasi dengan pinjaman Cina ini sangat positif karena akan menambah opsi pendanaan kami.”

PT Hutama Karya (Persero) selaku kontraktor proyek Trans Sumatera menyiapkan ruas tol Pekanbaru–Dumai agar dapat dibiayai dari dana repatriasi yang masuk ke dalam negeri pasca pemberlakuan Undang-Undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty). Hal ini juga merespons keinginan pemerintah yang menginginkan agar dana program pengampunan pajak yang masuk ke dalam negeri itu disalurkan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur.

Sekretaris Perusahaan HK Sigit Roesanto mengatakan, pembiayaan ruas Pekanbaru-Dumai juga menggunakan pinjaman dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) atau bank infrastruktur Cina. Alasannya, Penyertaan Modal Negara (PMN) saat ini belum mencukupi untuk membangun seluruh ruas Trans Sumatera. Apalagi, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menolak tambahan PMN untuk Hutama Karya sebesar Rp 3 triliun.

“Jadi repatriasi dengan pinjaman Cina ini sangat positif karena akan menambah opsi pendanaan kami,” kata Sigit kepada Katadata, Jumat (1/7).

Sigit mengatakan, nantinya opsi pembiayaan ini akan dikaji lebih jauh oleh Kementerian Keuangan. Yang pasti, dia menyambut baik banyaknya opsi pembiayaan tol Trans Sumatera ini lantaran ini merupakan proyek strategis namun memiliki kendala pembiayaan. “Kami dalam tahap menyiapkan proposal (pendanaan),” katanya. Sebagaimana diketahui Hutama Karya sedang mengajukan Utang ke Bank Cina untuk pendanaan Tol Sumatera tersebut.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, dana hasil repatriasi tax amnesty akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Dalam lima tahun masa jabatannya, anggaran untuk membangun infrastruktur mencapai Rp 4.900 triliun, sedangkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) hanya bisa menutup sebesar Rp 1.500 triliun. Karena itu, investasi melalui dana repatriasi ini sangat dibutuhkan.

Jokowi mengklaim, dalam 1,5 tahun usia pemerintahannya, sudah banyak proyek mangkrak yang mengalami banyak kemajuan. Begitu juga dengan proyek yang baru dibangun. "Dulu banyak yang meragukan bahwa ini hanya diomongkan. Tetapi setelah 1,5 tahun ini bahwa realisasi itu ada. Orang baru yakin kita serius. Mungkin pahit di depan, tapi saya meyakini ini akan sangat bermanfaat 4-5 tahun ke depan apabila semua selesai," katanya. Karena memang faktanya Tol Trans Sumatera Gagal Digunakan untuk Mudik, hanya sebagian kecil saja yang baru dapat digunakan.

Di sisi lain, Jokowi menginstruksikan penyiapan instrumen investasi untuk menampung dana repatriasi. Proyek Pelabuhan Kuala Tanjung, Makassar, New Port, Tanjung Priok, pelabuhan-pelabuhan kecil, sedang, dan besar di Sorong, merupakan contoh-contoh investasi yang bisa dimasuki dana repatriasi tersebut. Begitu pula dengan investasi di pembangkit listrik.

Sedangkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) Basuki Hadimuljono mengatakan, beberapa proyek infrastruktur yang disiapkan untuk menampung dana repatriasi adalah jalan tol, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), dan bendungan untuk keperluan pembangkit listrik. Salah satu proyek tol yang bisa ditawarkan untuk menampung dana repatriasi adalah Trans Sumatera.

Agar para pemilik dana tertarik untuk menaruh uangnya di proyek tersebut, pemerintah sedang mempersiapkan skema yang tepat. Kementerian PUPR masih membicarakan hal ini dengan Kementerian keuangan dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Katadata

Pakar Australia Sebut Indonesia tak Akan Jadi Kekuatan Baru Asia

Indonesia tidak akan menjadi kekuatan baru baik di Asia maupun di pentas internasional sebagaimana banyak diperkirakan selama ini. Tidak terlihat adanya keinginan dan kapasitas pemimpin politik dan ekonomi untuk memproyeksikan kekuatan Indonesia keluar.

Demikian kesimpulan yang dapat ditarik dari kuliah umum Profesor (emeritus) Richard Robison di kampus Melbourne University, Selasa (5/7) malam. Kegiatan ini dilaksanakan mahasiswa asal Indonesia pada Melbourne University dipandu oleh dosen Melbourne University Prof Vedy R. Hadiz.

Prof Richard terkenal dengan karya-karyanya mengenai ekonomi politik Indonesia, di antraranya Indonesia: The Rise of Capital dikenal sebagai buku referensi yang berpengaruh. Dalam pemaparannya, Prof Richard mengkritisi anggapan populer saat ini mengenai kebangkitan Indonesia sebagai kekuatan regional dan internasional.

Banyak pakar berpendapat kebangkitan tersebut didorong kemampuan menjaga pertumbuhan ekonomi dan keberhasilan melewati transisi demokrasi. Selain itu, Indonesia juga dipuji sebagai model bagaimana demokrasi berjalan di negara mayoritas Muslim.

Namun Prof Richard mempertanyakan dasar-dasar pandangan tersebut. Disebutkan bahwa, kekuatan ekonomi dan sosial di Indonesia dibangun dengan cara yang tidak mensyaratkan proyeksi eksternal kekuatan negara. Dikatakan, secara historis, konstalasi domestik kepentingan-kepentingan sosial cenderung menentukan, apakah proyeksi kekuatan negara diperlukan dalam kebangkitan negara-negara besar sebelumnya.

Dalam sesi diskusi, salah satu peserta menanyakan apakah Indonesia memang tidak memiliki intensi dan kapasitas untuk memproyeksikan kekuatan negara ke panggung internasional?

"Kita menyadari jika sebuah negara memproyeksikan kekuatannya ke panggung internasional, maka negara itu bisa menjadi negara yang kuat. Dan negara yang kuat itu diukur dari kemampuannya mempengaruhi the setting of rules dan seterusnya," jelas Richard.

"Dalam realitasnya yang kita lihat adalah dua atau tiga blok dengan satu blok yang sangat dominan. Coba lihat Uni Eropa yang masih terus bertarung dengan AS dalam isu perdagangan dan hak cipta intelektual. AS benar-benar memegang hegemoni dalam bidang ini," jelasnya.

Jadi kebanyakan negara, menurut Richard, sangat sulit untuk bisa masuk dan mempengaruhi hal itu. "Yang paling bisa mereka lakukan adalah memenangkan perdebatan di forum ini atau di forum itu, dan mencoba menegosiasikan satu hal," katanya.

Dia mengatakan, pertarungan besar berada di luar jangkauan kebanyakan negara, termasuk Indonesia. "Inilah salah satu alasan mengapa kita melihat, argumen mengenai kebangkitan Indonesia sebagai kekuatan baru Asia memiliki kelemahan. Indonesia mungkin memiliki intensi untuk menunjukkan pengaruhnya, tapi dalam bidang apa?" kata Richard.

Menurut dia, tidak ada pengembangan suatu tujuan yang jelas untuk misalnya mengekspor keahlian tertentu.

"Saya berpendapat tidak adanya intensi ini karena tidak ada desakan dari dalam, bisa dikatakan perekonomian domestik itu, semuanya menyangkut perdebatan mengenai deal-deal terbaik secara domestik semata-mata. Dan tentu saja tidak perlu dipertanyakan bahwa mereka tak memiliki kapasitas memproyeksikan kekuatan dirinya ke panggung internasional," paparnya.

Kuliah umum dan diskusi yang berlangsung dua jam tersebut juga dihadiri Konsul Jenderal RI untuk Victoria dan Tasmania Dewi Wahab. Dalam diskusi, Konjen Dewi, menyatakan berbeda pendapat dengan pandangan Prof. Richard seraya mengajukan sejumlah contoh keberhasilan diplomasi RI di berbagai fora internasional.

Namun Prof. Richard menegaskan bahwa poin utama dari kuliahnya adalah pada dasar-dasar argumen tentang kebangkitan Indonesia sebagai kekuatan baru, yang menurut Prof. Richard, sangat lemah.

Dia menyatakan tidak melihat adanya perencanaan maupun upaya sistematis secara domestik untuk memproyeksi kekuatan negara RI ke pentas internasional.

Prof Richard kini merupakan profesor emeritus pada Asia Research Centre di Murdoch University. Dia juga pernah menjabat Professor dan Direktur Australian Research Council’s Special Centre for Research on Politics and Society in Contemporary Asia.

Republika.co.id
australiaplus.com